Friday, December 19, 2008

Targetkan Akuisisi Perusahaan Lokal
PT BERLINA TBK MASIH INGIN EKSPANSI DI CHINA

JAKARTA – PT Berlina Tbk (BRNA) telah melakukan kontrak pembelian tanah di Heifei, China senilai 10 juta Yuan. Tanah seluas 4 hektar tersebut adalah bagian dari kegiatan ekspansi BRNA ke China. Di lahan tersebut rencananya akan dibangun pabrik baru BRNA dengan total investasi diperkirakan mencapai Rp 25 juta Yuan. “Saat ini telah dilakukan pembangunan tahap 1 dan kemungkinan selesai Q4 2009” kata Rudy Sugiarto, Direktur Utama BRNA, Jumat (19/12).

Pembeliaan tanahnya sendiri dilakukan dengan term of payment pendanaan 50:50. Dimana 5 juta Yuan dari internal perusahaan, dan sisanya dari pinjaman Bank ICBC. Sementara itu, Lioe Cu Ling, Direktur Keuangan BRNA mengakui bahwa pihaknya telah mendapatkan pinjaman dari Bank lokal China senilai 15 Juta Yuan untuk pendanaan investasi sebesar 25 juta Yuan tersebut. “Dari Bank ICBC kita dapat 5 juta Yuan dan dari Bank Huishang 10 juta Yuan” jelasnya. Untuk sisa pendanaan sebesar 5 juta Yuan, BRNA berencana menggunakan dana internalnya disamping mencari pinjaman dari bank lain.

Dengan adanya investasi tersebut, BRNA memperkirakan tahun 2009 kapasitas produksinya akan meningkat menjadi 4.000 metrik ton. Saat ini kapasitas produksinya mencapai 3.000 metrik ton. Pembangunan pabrik di China tersebut direncanakan juga akan berlanjut sampai tahap 2. Diperkirakan pembangunan tahap 2 akan selesai tahun 2012. Pembangunan pabrik di China ini sebagai upaya BRNA untuk lebih mendekatkan diri dengan pasarnya. Menurut Rudy, demand di China tak akan pernah berkurang sebagai kosekuensi besarnya jumlah penduduk China.

Selain investasi ke China, di dalam negeri BRNA juga tengah dalam proses akuisisi atas salah satu perusahaan nasional. Rudy belum mau menyebutkan perusahaan apa yang akan diakuisisi. Namun ia menyatakan bahwa perusahaan yang akan diakuisisi, adalah perusahaan nasional yang bergerak di bidang packaging. Akuisisi tersebut direncanakan akan selesai pertengahan tahun 2009. “Semua kan perlu proses, sekarang kita masih tahap non disclosure agreement dan masih ada due dilligent juga” papar Rudy.

Size Is Matter
Kebijakan ekspansi agresif nampaknya menjadi strategi BRNA di tahun 2009. Tahun 2009 sendiri BRNA akan mengangarkan capex sebesar Rp 60 miliar dengan Rp 20 miliar diantaranya dari kas perusahaan. Rp 35 miliar dari dana capex tersebut akan digunakan untuk pembelian mesin baru dan pembayaran L/C. Pembelian mesin rencananya akan diimpor dari Eropa dan Taiwan. “Di Industri ini size is matter, tentu kita tidak akan bisa bersaing dengan perusahaan lain dengan pembelian yang lebih besar kan?” jelas Rudy.

Akhir tahun 2008 ini BRNA memproyeksikan penjualannya akan mengalami kenaikan 27 persen di banding tahun 2007. Menurut Rudy, hal tersebut disebabkan karena kenaikan volume penjualan plastic sebesar 19 persen, dan kenaikan penjualan tube sebesar 6 persen. Kenaikan penjualan tersebut juga dipicu oleh kebijakan BRNA yang menaikkan harga jual produknya akibat harga bahan baku yang juga naik. Harga bahan baku plastic sendiri sangat terpengaruh pada volatilitas harga minyak mentah. Walau saat ini harga minyal turun, namun harga rata-rata minyak di tahun 2008, mengalami kenaikan 18 persen dari tahun 2007. “Cost for material kita sekarang bisa 50 persen lebih” kata Rudy.

Kenaikan bahan baku ini juga yang menjadi penyebab naiknya beban pokok penjualan BRNA sebesar 28 persen. Selain itu kenaikan upah tenaga kerja dan biaya energi dari peningkatan volume penjualan, ikut memperbesar nilai beban pokok penjualan BRNA. BRNA memperkirakan akan terjadi kenaikan beban pokok penjualan sebesar 28 persen.

Pada pos biaya usaha juga diperkirakan akan mengalami kenaikan sebesar 12 persen di tahun 2008. Adanya peningkatan volume penjualan pada gilirannya juga meningkatkan biaya angkut untul distribusi. Sementara itu biaya lain-lain, sampai akhir tahun 2008 ini diprediksi akan naik sampai 40 persen. Melemahnya Rupiah terhadap Dollar membuat kerugian kurs juga bertambah. Pelemahan Rupiah saat ini rata-rata sekitar Rp 9.000 – Rp 9.500 ke arah Rp 11.000 – Rp 12.000. Biaya bunga sendiri sebenarnya mengalami penurunan, setelah selesainya pembayaran obligasi pokok sebesar Rp 43 juta di akhir tahun 2008.

BRNA memperkirakan laba bersihnya sampai akhir tahun ini akan mencapai Rp 24,432 miliar. Peningkatan laba bersih sebesar 85 persen dari tahun 2007 ini, terkait dengan pertumbuhan penjualan yang juga naik sebesar 27 persen. Sementara forecast laba bersih tahun 2009, akan terjadi penurunan mencapai level Rp 20,913 miliar.

BRNA adalah perusahaan produsen plastic dan fiberglass yang kini telah memiliki 3 anak perusahaan. PT Lamipak Primula Indonesia di bidang usaha laminasi plastic dan kemasan, PT Berlina Thailand di bidang usaha plastic dan perdagangan, serta satu anak usaha yang berkedudukan di China yakni Hefei Paragon Plastic Packaging Co Ltd (HPPP) di bidang usaha tube plastic dan sikat gigi. HPPP sebelumnya berkedudukan di Shanghai, namun akhirnya dipindah sebagai bagian dari rencana investasi.

Analis (Gina Novrina Nasution)
Tindakan ekspansi bisa adi langkah yang tepat untuk menyiasati demand yang turun Namun tahun depan tampaknya penjualan akan tergerus sebagai konsekuensi krisis keuangan global. Ekspansi ke China bisa jadi tepat jika memang tepat pula sasaran konsumennya. Transaksi rutin dengan beberapa produsen besar seperti Unilever bisa menjadi kekuatan tersendiri. Apalagi industrinya ada di consumer goods. Jika dilihat dari kinerja tahun ini masih cukup bagus, dan nampaknya tahun depan juga masih bisa net profit. Usahanya yang paling potensial saat ini adalah di bidang packaging. Namun begitu harga sahamnya akan mengalami tren menurun akibat dari sentiment pasar. Saat ini sahamnya berada di level Rp 230. P/E 1,8 dan PBV 0,18. Rekomendasi sell saat ini, dan buy di level Rp 200.


No comments:

Blog Archive