Friday, December 12, 2008

Andalkan Modal Investor Dan Refinancing
POLYSINDO TARGETKAN PENJUALAN USD 380 JUTA

JAKARTA - PT Polysindo Eka Perkasa Tbk (POLY) targetkan penjualan USD 380 juta sampai akhir tahun ini. Penjualan di tahun 2007 sendiri adalah sebesar Rp 3,6 triliun. Sampai dengan 30 September 2008 total penjualan yang sudah dicapai POLY adalah Rp 3.042.220 juta. "Permintaan polyester sekarang kan meningkat, dan kita punya 25 persen market share domestik" kata V. Ravi Shankar, Direktur Utama POLY, Jumat (12/12).

Namun begitu, Ravi memperkirakan sampai akhir tahun ini POLY masih akan mengalami kerugian. "Tapi untuk EBITDA masih bisa positif atau paling tidak sama" lanjutnya. Per 30 September 2008 POLY mencatat kerugian bersih sebesar Rp 402.561 juta. Sementara EBITDA POLY per 30 September 2008 adalah sebesar Rp 109,61 miliar. Pada 31 Desember 2007 rugi bersih dan EBITDA POLY masing-masing sebesar Rp 1.028.032 juta dan USD 13.63 juta.

Penjualan POLY sendiri selama 2 bulan terakhir mengalami penurunan. Salah satu yang menjadi penyebabnya adalah adanya penurunan harga bahan baku industri sebagai akibat dari penurunan harga minyak dunia. Dengan penurunan harga bahan baku tersebut, mau tak mau membuat POLY juga menurunkan harga jual untuk menjaga persaingan. Bahan baku utama industri kimia dan serat sintetis POLY adalah PX, MEG dan A.ACID. Semuanya sangat dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak dunia. Pada September lalu harga PX, MEG dan A.ACID masing-masing adalah USD 1.247, USD 825 dan USD 672. Namun Desember ini harga ketiga bahan baku derivatif minyak tersebut diproyeksikan turun menjadi USD 750 untuk PX, USD 450 untuk MEG dan USD 500 untuk A.ACID. "Harga PX saat ini kan sekitar 700an" kata Ravi. Mengenai imbas krisis yang masih akan berlangsung, Ravi menjamin perusahaannya tidak akan melakukan PHK karyawan. “Sebagai respon krisis, kita hanya akan mengurangi produksi saja” jelasnya.

Sementara itu Tunaryo, Corporate Secretary POLY mengatakan, bahwa kerugian yang terjadi adalah sebagai akibat dari konversi hutang dengan mata uang asing. Hal tersebut membuat pos kewajiban POLY mengalami kenaikan per 30 September 2008 sebesar Rp 12.729.752.000.000. "Hutang dalam dollar tapi balance sheet kita dalam rupiah" jelas Tunaryo. POLY memeperkirakan bahwa kuartal I dan II tahun 2009, pasar akan sedikit lesu, namun setelah itu akan menguat.

Penjualan produk POLY ke depan juga akan difokuskan ke pasar lokal. "Tahun ini komposisinya 75 persen lokal dan 25 persen ekspor" kata Tunaryo. Walaupun begitu POLY juga tetap akan mencari pasar ekspor baru antara lain ke Amerika Selatan dan Timur Tengah. Tahun depan POLY tidak menganggarkan capex. Hal ini disebabkan adanya ketentuan untuk tidak menganggarkan capex selama 5 tahun, terhitung mulai tahun 2005, sebagai bagian dari restrukturisasi utang POLY.

Restrukturisasi Utang
POLY saat ini memang tengah menyelsaikan rekstrukturisasi utang dengan PPA atas hutang berjaminan senilai USD 1 miliar. "Sebesar 23 persen sekarang ada di PPA, dan bondholder sendiri sudah menyetujui" kata Tunaryo. Diperkirakan awal tahun 2009 restrukturisasi tersebut sudah selesai. Restrukturisasi ini sendiri menjadi pengahambat upaya POLY untuk mendapatkan pinjaman dari perbankan. “Sebelum restrukturisasi selesai, kita belum bisa pinjam ke perbankan selain yang sudah ada dari Damiano” jelas Tunaryo.

Selama ini POLY mengandalkan pendanaan dari Damiano Invesment BV, pemegang 69 persen saham POLY. Sejak tahun 2005 sampai saat ini Damiano Investment BV, telah mengucurkan dana sebesar USD 77,68 juta dimana USD 25,68 juta sebagai fasilitas modal kerja dan USD 52 juta dalam bentuk letter of credit untuk pembelian bahan baku. POLY memang tengah mengupayakan mencari pinjaman dari perbankan, khususnya bank asing, karena hal tersebut paling rasional dilakukan sekarang. “Tapi semua tetap kita perhatikan perkembangan suku bunganya” kata Tunaryo. Selain pendanaan dari Damiano Investment BV, POLY juga mengusahakan untuk mendapat refinancing dari pelanggannya. Penyelesaian restrukturisasi yang terlalu lama ini menurut Tunaryo, disebabkan karena PPA ingin menyelesaikan semua kasus restrukturisasi sekaligus. “Apalagi dengan adanya pergantian jajaran direksi PPA beberapa bulan lalu, waktunya jadi tertunda sebentar” jelas Tunaryo.

Menanggapi rendahnya harga saham POLY saat ini, Tunaryo mengatakan bahwa kala itu ketika BPPN dibubarkan tahun 2004, banyak yang mengira POLY juga telah ditutup. Karena saat itu restrukturisasi utang POLY masih dalam penanganan BPPN. Akhirnya ekspektasi atas saham POLY menjadi rendah. POLY sendiri sebenarnya telah melakukan reverse stock Februari lalu, dimana jumlah sahamnya saat itu adalah 12.357.255.040 lembar, dengan nilai Rp 16 triliun. Setelah adanya reverse stock saham POLY memang sempat naik, namun kemudian perlahan turun hingga saat ini berada di level Rp 50 per lembar.

No comments:

Blog Archive