Thursday, December 4, 2008

POLYSINDO CARI PINJAMAN ASING


JAKARTA – Guna menambah modal usaha, PT Polysindo Eka Perkasa Tbk (POLY) akan mencari pinjaman uang dari lembaga luar negeri. Saat ini hal tersebut masih dalam tahap pembicaraan dan kelak POLY hanya tinggal melakukan finalisasinya saja. “Semuanya sedang dibicarakan oleh Damiano Investments BV yang menjadi pemegang saham mayoritas POLY” demikian yang disampaikan oleh Corporate Secretary POLY, Tunaryo, Kamis (4/12).

Sejak 2005 sampai saat ini Damiano Investment BV, telah mengucurkan dana sebesar USD 77,68 juta dimana USD 25,68 juta sebagai fasilitas modal kerja dan USD 52 juta dalam bentuk letter of credit. Damiano Investement BV sendiri mulai mengakuisisi saham POLY sejak tahun 2005 lalu ketika POLY tengah diambang kebangkrutan. Perusahaan asal Belanda itu kini memegang 59,05 persen saham POLY.


Triwulan III tahun ini POLY belum bisa mencatatkan laba laporan keuangannya. Pada Q3 tahun ini rugi bersih yang dibukukan oleh POLY adalah Rp 402.561.144.788. Jumlah tersebut sedikit mengalami penurunan 19,6 persen dari tahun 2007 yaitu Rp 500.567.464.427. Menurut Tunaryo, hal ini banyak dipengaruhi oleh naiknya utang dalam bentuk valas. Fluktuasi nilai tukar telah membuat nilai utang POLY dalam bentuk valas menjadi membengkak. Namun Tunaryo meyakini bahwa sampai dengan akhir tahun ini EBITDA POLY akan mengalami peningkatan. EBITDA POLY sampai dengan September 2008 ini mencapai Rp 109,61 miliar. “Saya berharap walau pos laba kita masih minus, tapi EBITDA ke depan akan positif” jelas Tunaryo.


Selama ini bisnis POLY tergolong bisnis yang permintaannya cukup stabil. Harga bahan baku industrinya sendiri juga akan menunjukkan tren penurunan. Industri kimia POLY sangat bergantung pada bahan baku berupa purified terephthalic acid (PTA) dan monoethylene glycol (MEG). Keduanya adalah raw material produk derivative dari minyak yang harganya ke depan diprediksi masih akan mengalami penurunan. “Bahan baku itu kan semua impor, kalau harga turun tentu kita dapat menekan pengeluaran”kata Tunaryo. Selama ini pembelian bahan baku inilah yang membuat beban harga pokok penjualan POLY mengalami kenaikan. Pada triwulan III tahun ini, beban HPP POLY mencapai Rp 3.152.463.303.122. Jumlah tersebut naik 15,5 persen dari tahun 2007 yang sebesar Rp 2.730.562.115.753.


POLY adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri kimia dan tekstil. Untuk industri kimia POLY memiliki pabrik di Karawang, Jawa Barat, sedang untuk industri tekstil pabrik POLY berada di Kendal, Jawa Tengah. Kedua pabrik POLY tersebut saling melengkapi, karena produk-produk dari industri kimia akhirnya juga akan digunakan untuk industri tekstil. Sampai saat ini POLY masih fokus pada pasar dalam negeri. Hal ini terbukti dengan pemasaran produk POLY 70 persen di pasar domestik. Untuk mengantisipasi risiko currency, POLY menerapkan pembayaran dengan menggunakan Dollar. “Semua kita pakai dollar, baik pasar dalam negeri maupun luar negeri” kata Tunaryo.


Kinerja keuanga POLY sampai dengan triwulan III tahun 2008 menunjukkan sedikit perbaikan. Pada pos aktiva lancar, tahun ini adalah sebesar Rp 1.608.425.030.036. Sedikit mengalami kenaikan dari tahun 2007 yakni Rp 1.434.052.716.195. Jumlah kewajiban dan ekuitas Q3 2008 adalah Rp 5.249.713.660.929. Sebelumnya di tahun 2007 pos ini terisi sebesar Rp 5.557.020.192.896. Pendapatan usaha yang diterima Q3 tahun ini mengalami kenaikan sebesar 17,6 persen. Tahun 2007 pendapatan usaha adalah Rp 2.586.774.867.684, sedang tahun 2008 adalah Rp 3.042.219.895.257.


POLY nampaknya akan terus memperkuat struktur permodalan mereka. Tunaryo mengakui bahwa sampai saat ini POLY tidak memiliki kewajiban hutang pada bank manapun. Dengan adanya rencana komitmen pinjaman pada lembaga keuangan luar negeri tentu merupakan indikasi bahwa POLY akan melakukan ekspansi usaha. Namun Tunaryo justru tidak berani mentargetkan pertumbuhan tahun depan. “Kita akan fokus pada maintaincapex tahun 2009. Posisi utang usaha POLY sampai Q3 tahun ini adalah, jumlah hutang kepada kreditur tidak terjamin setelah restrukturisasi sebesar US$ 18.670.630 ditambah hutang bunga yang dikapitalisasi per tanggal 30 September 2008 dan 2007 masing-masing sebesar US$ 771,844 dan US$ 381,487. Total jumlah utang usaha POLY per 30 September adalah sebesar US$ 19,442,474. operasional dengan pertumbuhan sedikit di atas tahun lalu” jelasnya. Hal ini dikarenakan pada RUPSLB POLY Februari lalu, telah disetujui tidak ada alokasi capex tahun 2009. Posisi utang usaha POLY sampai Q3 tahun ini adalah, jumlah hutang kepada kreditur tidak terjamin setelah restrukturisasi sebesar US$ 18.670.630 ditambah hutang bunga yang dikapitalisasi per tanggal 30 September 2008 dan 2007 masing-masing sebesar US$ 771,844 dan US$ 381,487. Total jumlah utang usaha POLY per 30 September adalah sebesar US$ 19,442,474.


Pada perdagangan di lantai bursa kemarin, saham POLY berada pada level Rp 50 per lembar saham. Pada Februari lalu, RUPSLB POLY telah sepakat melakukan reverse stock dengan rasio 20 berbanding 1. Hal itu berarti bahwa tiap 20 saham lama, akan menjadi 1 saham baru. Tunaryo mengatakan bahwa kebijakan tersebut ditempuh guna meningkatkan likuiditas sahamnya. “Jumlah saham kita kan terlalu banyak saat itu, jadi kita lakukan reverse stock agar sesuai dengan kinerja perusahaan”jelasnya. Kala itu modal saham POLY adalah sebesar Rp 16 triliun yang terbagi atas 12.357.255.040.


No comments:

Blog Archive