Sunday, November 30, 2008

EKSPOR NAIK SAAT KRISIS

PT DELTA DJAKARTA TBK TARGETKAN PENJUALAN NAIK 15 PERSEN

JAKARTA – PT Delta Djakarta Tbk (DLTA) targetkan penjualan naik 5 persen sampai akhir tahun ini. Menurut Eddie Priyono, Dirut PT Delta Djakarta Tbk, target ini realistis untuk dicapai. “Tahun ini ekspor kita naik 15 persen, padahal dulu hanya sekitar 5 persen saja” kata Eddie saat dihubungi Indonesia Business Today, Minggu (30/11).

Selama ini penjualan produk-produk DLTA memang lebih banyak di fokuskan ke domestik. Tahun ini 85 persen penjualan ke pasar domestik. Peningkatan permintaan ekspor ini justru banyak datang dari Irak. “Sekarang di Irak kan masih banyak tentara-tentara Amerika yang mengkonsumsi alkohol” jelas Eddie. Dalam sebulan saja paling sedikit 100 kontainer di kirim ke Irak. DLTA sendiri adalah perusahaan produsen minuman beralkohol dan non alcohol. Produk yang beralkohol antara lain Anker Bir, Carlsberg, San Miguel, Kuda Putih, San Mig Light. Sementara untuk minuman non alcohol DLTA memproduksi Sodaku dan Soda Ice. Menurut Eddie saat ini pihaknya juga tengah mengembangkan produk-produk non alcohol lain karena ternyata pasarnya juga cukup bagus.

Disinggung masalah kondisi Indonesia yang kebanyakan beragama Islam, menurut Eddie hal ini tidak menjadi masalah dalam penjualan. “Kita kan kebanyakan menjualnya pada orang-orang asing, juga ke daerah-daerah yang kebanyakan penduduknya orang non Islam, seperti Bali” katanya. Untuk pasar Jakarta sendiri saat ini masih menjadi konsumen terbesar. Khususnya di daerah Jakarta Utara yang banyak terdapat pelabuhan. Dalam Keppres No 3 Tahun 1997, produk bir sendiri masuk dalam minuman beralkohol golongan A dengan kadar di bawah 5 persen. “Selama ini kita juga tidak pernah tersangkut regulasi itu” jelas Eddie.

Cukup 1 Persen

Tahun 2009 DLTA hanya berani mentargetkan pertumbuhan 1 persen saja. Kondisi yang masih terpengaruh krisis keuangan global diakui Eddie menjadi bahan pertimbangan perusahaan untuk fokus maintain usaha saja. “Untuk capex tahun depan kita juga belum berani bilang, masih menunggu RUPS” kata Eddie. DLTA sendiri menjadwalkan akan menggelar RUPS pada bulan April tahun depan.

Kinerja DLTA pada Q3 tahun 2008 ini cukup bagus. Pos aktiva lancar saat ini menunjukkan Rp 470.578.976.000 sedikit mengalami kenaikan dari tahun 2007 yakni sebesar Rp 402.348.900.000 Sementara total aktiva yang dimiliki oleh DLTA sampai triwulan III ini adalah sebesar Rp 627.349.775.000 Mengalami kenaikan 12 persen dari 2007 sebesar Rp 560.223.459.000.

Kewajiban lancar yang menjadi tanggungan DLTA Q3 2008 adalah Rp 107.016.549.000 Nilai tersebut meningkat drastic 27,2 persen dari tahun 2007 yang hanya Rp 84.117.289.000 pada periode yang sama. Total kewajiban dan ekuitas juga mengalami kenaikan dari tahun 2007 sebesar Rp 560.223.459.000 tahun ini menjadi Rp 627.349.775.000. Beban usaha juga sedikit meningkat menjadi Rp 128.564.780.000 dari sebelumnya tahun 2007 adalah Rp 100.548.153.000. Hal ini disebabkan karena permintaan bahan baku yang kebanyakan impor dari Eropa juga mengalami kenaikan. Menurut Eddie kenaikan permintaan bahan baku tahun depan bisa mencapai 100 persen. Namun ia menyatakan bahwa hal itu tidak menjadi masalah karena sudah sejak tahun lalu kesepakatan jual-beli ditandatangani dengan kurs tetap. Selain itu penggunaan kemasan kaleng untuk produk ekspor sejak Oktober tahun lalu juga ikut menyumbang kenaikan pada pos ini.

Eddie sendiri juga mengakui bahwa pihaknya tidak pernah memiliki pos utang bank, karena semua kegiatan operasional sudah bisa dipenuhi oleh kas perusahaan. Sampai saat ini kepemilikan saham DLTA adalah 56 persen oleh San Miguel Internacional, 26 persen oleh pemda DKI, dan sisanya 18 persen dimiliki public.

Walau dalam kondisi krisis, laba bersih yang dibukukan selama Q3 tahun 2008, justru mengalami kenaikan tajam. Laba bersih tahun 2008 adalah Rp 52.499.931.000 mengalami kenaikan 65,8 persen dari 2007 yang sebesar Rp 31.671.003.000. Menurut Eddie hal ini disebabkan karena peningkatan permintaan ekspor yang transaksinya dilakukan dengan Dollar. Di samping itu DLTA juga memiliki produk kelas menengah ke atas yaitu Carlsberg, San Mig Light, dan San Miguel. Permintaan produk-produk tersebut tak terpangaruh oleh krisis keuangan saat ini.

Lonely Long Night.....

01.15: Zzzzzzzzzzzz......Meet my lovely person in dream.

00.01: Late night, masih setia di depan monitor, nyasar ke idx, segotiwul dan mas google. Mainkan keyboard bertempo adagio dengan nada dasar A (Asal....maklum lampu mati semua, hemat listrik). Terlalu manis Slank, titip rindu buat ayah Mas Ebiet, zoot allures Frank Zappa, 3 little birds Om Marley, Canon D accoustic ????, blues solo Jody, little wings Hendrix, scuttle buttin' Vaughan, let it rain Paman Clapton...bergantian bernyanyi eksklusif untukku saja, sudah hampir satu jam. Segotiwulku hampir tersaji. Malam panjang tak sepanjang kesendirianku. Tercebur dalam rutinitas, hanyut dalam perjuangan, tenggelam dalam tenggat waktu.

23.05: Bingung juga mo ngapain. Badan agak capek, ngantuk juga, tapi ga ah belum enak juga untuk tidur. Sepi, hanya ada 3 nyawa yang kulihat sibuk masing-masing. TV nyala, channel news berkoar. Penyitaan minuman beralkohol impor. Wah pas banget nih, kebetulan rencana juga ambil angle itu. Sasaran telah ditentukan, laporan keuangan ada, nomor kontak juga sudah ada, tinggal berdoa besok narasumber mau bicara, selanjutnya biar mas google yang bekerja. Berita selesai, coba ganti saluran. Film "King Kong" yang sejak tadi diputar juga belum selesai-selesai. Dah pernah nonton sih, tapi tak apalah, toh aktrisnya cukup cantik. Terbayang-bayang King Kong, si beruk yang kelebihan hormon pertumbuhan, menderita gigantisme akut. Ironis sekali, binatang saja kesejahteraannya melebihi manusia (entah di belahan dunia mana, tapi ga usah jauh-jauh nyari....?????) Jadi ingat di sebuah negara melayu, boro-boro gigantisme, tumbuh normal saja sullit (double L.....sangat!!!) manusia-manusia tak berdaging, kering kerontang, lupa makan atau karena tak ada makanan? setahuku negara tersebut gemah ripah loh jinawi, toto tentrem kerto raharjo. Bahkan bayi-bayi yang seharusnya manis, lucu, menggemaskan dengan pipi chubby, banyak yang tergeletak dengan jalur-jalur infus penyambung nyawa..!!!! Beratnyapun hampir sama dengan gula pasir yang tiap bulan ku beli. Oh Tuhan. Engkaulah Sang Bijaksana, apa memang sengaja hipofisis mereka Engkau cabut? atau ada orang lain yang mengambil paksa? Ada yang salah? salah siapa? bunda mengandung? retoris. Rakyat hidup di suatu negara patuh pada negara, bayar pajak pula, berharap negara membalas kepercayaan dengan kesejahteraan (atau tausahlah muluk-muluk dulu, hidup normal atau sedikit kurang saja sudah cukup bagus).... but where did they go? di mana kepercayaan itu sekarang? Apakah negara "itu" telah lupa batas-batas teritorialnya? sehingga sudut-sudut timur, barat, utara, selatan, dari titik tengah, dilupakan begitu saja hanya karena terhalang semak atau ilalang semata? Karena sesungguhnya kehidupan di balik semak ini lah ajang pembuktian janji "anda sekalian". Wah jadi inget dulu liputan. Ke Senayan di suatu gedung megah, tapi gara-gara kurang informasi (malu juga sih, tapi tak apa orang baru ini...he), semua jadi sia-sia. Pembesar-pembesar sedang pulang kampung. Ngurus "keluarga" masing-masing. Tapi keluarga yang mana ya? keluarga tiap 5 tahun sekali saja, atau keluarga.....eee...ya keluarga lah.....he he. Tak usah tunggu lebaran, THR keluar, mudik jadi nyaman.....(hampir 20 kali lipat gajiku nih...sama-sama 1 bulan "kerja"). Cabut ke kantor......nyalain komputer, cari inspirasi tuangkan cerita dalam kopi pahit, jelas tanpa tanpa gula.

21.46: Sampai di rumah loteng tercinta. Perjalanan "panjang" dari Fatmawati-Plasa Semanggi-Pancoran-Blok M-Fatmawati plus hujan deras seakan tak berasa apa-apa. Perjalanan yang cukup mengasyikkan karena kemacetan, 10 km/jam, tiap 5 meter berhenti, bahkan kadang tak beranjak hampir 20 menit lamanya... semua berasa biasa saja, jadi seperti safari jalan raya. Entah kenapa hari ini semua seperti "tak berasa". Hari ini sedikit santai walau hanya beberapa jam saja, karena sebenarnya pikiran masih melayang-layang ke segala penjuru, mencari celah yang bernilai kabar. Tapi lumayan lah masih lebih tenang tak ada agenda liputan juga tanpa deadline.

18.31: Tiba di tujuan, senyum cerah membawa canda karena lama tak sua (padahal cuma 1 minggu saja....????) Biarlah tak mengapa, asal bahagia serasa di rumah. Sedikit tak enak karena cuaca telah membuatnya lemah. Kasihan juga. Kesana kemari lisan tak jelas (semoga bisa membuatmu ceria ya). Coba makan ala barat, tapi...bah nampaknya lidah jowo tak kan bisa dibohongi..apa lagi perut masih saja protes "belum kebagian subsidi beras". Jalan-jalan keluar lirik sana-sini barangkali ada jenis makanan dengan komposisi oryza sativa, biarlah tanpa label SNI atau Expired Date sekalipun. We all Indonesian Trust On You !!!! but sometimes their hand power force us to "hate" you. Koki-koki baru dadakan mulai muncul, meracik resep-resep baru. Cukup mewah sekali namanya walau dengan bahan sederhana. Bagi peserta paksa wisata kuliner ini, ada 2 yang cukup nikmat: ada aking yang lagi nge-trend, ada juga tiwul yang sudah lama melegenda. Kata mereka sih cukup enak hingga hampir tiap hari tak pernah ganti menu. Mau tau bahan utamanya? Beras subsidi a.k.a raskin + krikil + kutu beras. Tapi maaf, sekarang harganya sangat mahal bisa jadi harus ditukar dengan nyawa. Mencarinya pun susah minta ampun, karena biasanya banyak tertumpuk di gudang-gudang orang berwenang, dan terkunci rapat, rapat sekali. Say goodbye, "udah dulu ya, aku pulang takut kemaleman, lagian kamu juga kan mesti istirahat, biar sehat lagi" smile.

17.25an: Plasa Semanggi mana? perdana kehujanan, lupa kalau tas ya memang tas, dan bukan payung. Ini di jalan raya apa di pantai ya? kok asyik gini, seashore wave tiap kopaja melintas. Langkah pasti tanpa rencana pasti. Ingat-ingat, dulu pernah ke sini lewat mana, pintu yang mana, tapi tetep harus sok cool biar ga punya duit juga. Waduh ko malah jadi inget kerjaan, yah apes. Mau tak mau kebayang lagi angle-angle yang semua pasti ada angkanya (idx.co.id-thanks for your existence). Tak sadar melangkah jauh ke rak buku ekonomi, comot 1, bayar. Tahan nafsu penuhi tas belanja. Minggu depan masih bisa man....(sedih juga ya....apa harus lapor AJI/PWI? ah tak usahlah).

15.30an: Wah, ketiduran....gawat. Puanasnya minta ampun, kipas nyala, sejuk serasa di JW Marriot. Teringat komplek food court jalanan, di pintu masuk hotel. Bos-bos restoran gerobak asyik meeting di "tambal ban room", dengan peluh menetes karena panas, dan sesekali menyekanya dengan tangan. Bertahan paling tidak 10 jam mengumpulkan lembaran rupiah. Makin hitam badan makin banyak rejeki. Itu barang kali jargon mereka. Di dalam di lantai dua hotel, manusia-manusia berjas tebal kedinginan. Kopi panas dan acessoriesnya plus makanan "kecil" yang aku yakin harganya lebih mahal dari penghasilan 1 minggu tukang bajaj.Kontras!!! Dah ah, cepet-cepet mandi, dandan (cie...gaya banget), sholat (ingat pada Tuhan akan membawa kita pada kebesaran hati dan merasa cukup...serius). Rintik hujan menyapa, 76 Ciputat-Senen on the way. Kisah Cintaku, Chrisye menitis pada pengamen jalanan. Jadi inget kampung. Tunggu aku ya.....

09.12-14.46: November, 29th 2008. Hari yang membingungkan, menanti kabar tak kunjung jelas. Harusnya jadi momen bersejarah, tapi nampaknya akan tertunda. Biarlah yang penting agenda hari ini membahagiakan.

Friday, November 28, 2008

METRO RUGI BESAR

JAKARTA – Kuartal III tahun 2008 PT Metro Supermarket Reality Tbk alami kerugian Rp 681.668.152. Jumlah ini berubah cukup signifikan karena sebelumnya pada tahun 2007 MTSM mampu mencatatkan keuntungan bersih sebesar Rp 1.342.681.276. Adanya penurunan pendapatan bersih pada tahun ini nampaknya cukup mempengaruhi kinerja keuangan MTASM. Tahun ini MTSM hanya memperoleh pendapatan usaha senilai Rp 17.643.393.051 untuk kuartal III. Pada periode yang sama pada 2007, MTSM mendapatkan pendapatan bersih sebesar Rp 24.085.273.247.

MTSM sendiri mengakui penurunan kinerja tersebut banyak dipengaruhi oleh dampak krisis keuangan yang terjadi. Bisnis swalayan yang dijalankan banyak mengalami penurunan penjualan sebagai akibat tidak stabilnya ekonomi. Bahkan pada Maret lalu MTSM telah resmi menghentikan semua kegiatan Metro Supermarket. Sepinya pengunjung dan lemahnya daya beli menjadi alasan penutupan unit usaha MTSM kala itu. Selama 5 tahun belakangan unit bisnisnya itu mengalami kerugian.

Sebelumnya MTSM memiliki beberapa kegiatan usaha yakni, di bidang property management, real estate, dan swalayan. MTASM mengakui saat ini kondisi fundamental perusahaanya akan sangat dipengaruhi oleh efektifitas kebijakan fiscal dan moneter dari pemerintah. Janji pemerintah untuk memberikan porsi anggaran lebih besar untuk sector riil seharusnya menjadi sinyal positif bagi MTSM yang saat ini hanya fokus pada bisnis property dan real estate.

Sampai dengan triwulan III tahun 2008 ini total aktiva yang dimiliki MTSM adalah sebesar Rp 92.057.271.475. Jumlah ini sedikit mengalami penurunan dari tahun 2007 yakni sebesar Rp 95.151.994.497. Namun begitu untuk pos aktiva lancar MTSM masih memiliki tren naik. Tahun ini aktiva lancar Rp 10.161.702.582 naik 28,3 persen dari 2007 yang sebesar Rp 7.916.011.343. Jumlah kewajiban lancar yang menjadi tanggungan MTASM tahun ini juga mengalami kenaikan menjadi Rp 9.193.943.877 dari sebelumnya hanya Rp 7.996.752.833 di tahun 2007.

Thursday, November 27, 2008

UTANG APOL NAIK TAJAM

JAKARTA – Utang jangka pendek Pratama Ocean Line Tbk (APOL) meningkat tajam. Dalam laporan keuangannya triwulan tiga 2008 ini, pada pos jumlah utang bank jangka pendek membengkak menjadi Rp 865.793.354.506. Padahal pada 2007 jumlah utang bank jangka pendek hanya sebesar Rp 373.127.183.469.

Tahun 2008 ini APOL memang mendapatkan komitmen utang baru antara lain dari Bank BCA, Bank Mizuho, Bank Expor Indonesia, Bank International Indonesia, Bank of Tokyo, dan Citibank. BCA sendiri memberikan pinjaman senilai Rp 42.252.354.506 untuk pinjaman rekening Koran. Pinjaman ini sendiri dijamin dengan piutang usaha perusahaan, persediaan, dan kapal milik perusahaan yakni MV Hanjani dan MV Alas. Tingkat bunga tahunan yang dipakai dalam komitmen ini adalah sebesar 9 persen untuk tahun 2008.  Bank-bank lainnya memberikan kredit untuk modal kerja yang semuanya berjumlah Rp 823.541.000.000.  

APOL adalah perusahaan yang bergerak di bidang infrastructure, transportasi laut dan utilities.

Turbulensi ekonomi yang terjadi juga membuat APOL mengalami tekanan dalam usahanya. Kasus kenaikan drastis harga minyak beberapa waktu lalu membuat kompensasi pengeluaran operasional juga meningkat. Kini kasusnya berganti lagi, jatuhnya harga komoditas dunia membawa konsekuensi permintaan ekspor komoditi juga menurun. Hal ini membuat order angkutan kapal APOL ikut seret. Selama ini APOL memang megnkhususkan diri pada moda angkutan laut kering. Komoditas yang menjadi target angkut APOL antara lain batu-bara dan nikel. Harga batu bara saat ini terus anjlok akibat dari overs upply batu bara dunia. Efeknya pun juga berimbas pada perdagangan saham di pasar modal dunia dan regional.

Pada Triwulan III 2008 ini laba bersih APOL turun menjadi Rp 8,08 miliar. Padahal pada 2007 APOL mencatatkan laba bersih Rp 149,10 miliar. Pada pos pendapatan terjadi kenaikan cukup banyak sebesar 66 persen. Triwulan III 2008 pendapatan senilai Rp 1.846.733.676.917 dari tahun 2007 yang hanya senilai Rp 1.111.166.962.693.

 

ANALIS

Menurut Gina Novrina Nasution, Analis Reliance, pada kuartal 3 net income lebih kecil dari kuartal 2, salah satu sebabnya karena harga minyak yang sempat berada di US$147 per barrel. Januari kontrak APOL dengan PTBA juga akan habis, hal ini akan berpengaruh pada penerimaan jasa APOL. Tahun 2008 sendiri pendapatan dan income APOL tidak cukup besar. P/E dan PBV APOL adalah 7 dan 0.39 dengan YTD 70,23%. Kalau dilihat dari harga minyak yang turun, kemungkinan APOL bisa mendapat keuntungan. Tahun 2009 pendapatan diprediksi bisa berkurang karena pengiriman eksport yang berkurang. Hal ini disebabkan   berkurangnya permintaan dari luar negeri terhadap komoditas. Namun penurunan harga minyak dapat mengurangi biaya cost spending operasional APOL. Saham APOL sendiri saat ini banyak dipengaruhi oleh pergerakan indeks. Harga saham APOL kemarin bertahan pada level Rp 190 per lembar. Rekomendasi hold pada level Rp 175.

Wednesday, November 26, 2008

Dapat Sinyal Positif Pemprov DKI

PT ADHI KARYA TBK YAKIN SIAP LANJUTKAN PROYEK MONOREL

JAKARTA – PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) siap lanjutkan proyek monorail. Kepastian ini disampaikan oleh Direktur Keuangan ADHI, Indradjaja Manopol, Rabu (26/11). Menurut Indradjaja, saat ini PT Jakarta Monorail telah menyampaikan surat kepada Pemprov DKI, menyatakan kesediaan untuk diambil alih. Pemprov DKI sendiri kini tengah melakukan audit atas proyek monorail tersebut melalui BPKP.

Hal inilah yang membuat pihak ADHI merasa yakin proyek ini dapat kembali dilanjutkan. “Keputusan pemerintah meminta audit dari BPKP adalah indikasi proyek ini akan dilanjutkan”jelas Indradjaja. Namun ADHI masih harus menunggu kepastian akhir dari pemerintah atas proyek ini. Dalam PT Jakarta Monorail ADHI adalah pemegang saham sekaligus sebagai kontraktor atas proyek monorail tersebut. Monorail sendiri rencananya akan dibangun dalam dua jalur, yakni jalur hijau (green line) dan jalur biru (blue line). Jalur green line rencananya akan melalui rute Semanggi-Casablanca-Kuningan dengan panjang 14,2 km. Sedang blue line adalah rute sepanjang 12,2 km yang akan melewati Kampung Melayu-Casablanca-Tanah Abang-Roxy. Proyek ini sebenarnya telah dikerjakan sejak 2004 lalu, namun terhenti di tengah jalan karena PT Jakarta Monorail tak sanggup lagi menyokong dana pembangunan senilai 450 juta Dollar AS tersebut.

Pada tahun 2008 ini ADHI menargetkan pendapatan sebesar Rp 5,8 triliun dengan net income Rp 138 miliar. Sedang untuk tahun 2009 ADHI membuat prognosa pendapatan sebesar Rp 6,7 triliun dengan net income Rp 160 miliar. Hal tersebut bisa saja tercapai karena tahun 2009 ADHI akan menangani mega proyek Oriental City di Saudi Arabia senilai Rp 270 triliun. Namun menurut Indradjaja, saat ini proyek tersebut belum bisa menjadi driver pendapatan karena realisasinya belum terjadi. “Proyek tersebut diharapkan menjadi driver pendapatan di masa datang” jelas Indradjaja. ADHI memang tengah fokus mengembangkan operasi luar negeri khususnya untuk negara-negara Timur Tengah. Selain Arab Saudi, Oman dan Qatar menjadi sasaran ADHI dalam pengembangan proyeknya.

Sampai saat ini ADHI masih terus melakukan study atas proyek di negara-negara tersebut. Hal yang menjadi perhatian study tersebut adalah masalah legalitas, perpajakan dan feasibilitas mendapatkan proyek. “Keadaan Timur Tengah kan sangat lain dengan Indonesia, jadi kita masih pelajari apakah kita mampu menangani proyek di sana” kata Indradjaja.

Target kontrak yang diproyeksikan ADHI tahun ini adalah Rp 14,268 triliun. Sampai dengan 30 September 2008 jumlah tersebut telah tercapai, bahkan kini telah melebihi 14, 645 persen dari target. Target kontrak untuk 2009 sendiri adalah sebesar Rp 15,579 triliun. “Dengan carryover 6,747 triliun, maka kemungkinan kontrak baru kita adalah 8,85 triliun” terang Indadjaja.

Disinggung masalah right issue yang belum terlaksana, Indradjaja mengakui bahwa saat ini waktunya sudah tidak tepat. Sebenarnya ia berharap kebijakan ini bisa terjadi 2007 lalu saat harga saham ADHI mencapai peak Rp 1.700 per lembar. Kini harga saham ADHI sendiri hanya sebesar Rp 156 per lembar. Tahun 2005 lalu ADHI memang sempat merencanakan akan right issue senilai Rp 600 miliar. Kebijakan tersebut juga telah mendapat persetujuan dari RUPS.

Untuk mengembalikan kepercayaan investor, ADHI pun melaukan buyback. Hal ini juga dikarenakan harga saham ADHI telah terdiskon besar jauh di bawah fair value nya. Rencananya dana buyback yang dialokasikan adalah Rp 50 miliar untuk membeli 20 persen modal disetor perusahaan. Sampai November 2008 ADHI telah mengeluarkan dana buyback sebesar Rp 3,2 miliar untuk membeli 16,9 juta lembar saham.

Proyek yang diharapkan menjadi keydriver penjualan ADHI tahun 2009 adalah pembangunan jalan tol Kanci-Pejagan dengan nilai kontrak Rp 1,98 triliun. Sampai saat ini proyek tersebut telah mencapai realisasi Rp 970 miliar. Proyek ini adalah bagian dari target proyek ADHI tahun 2009 untuk sector swasta. Tahun 2009 ADHI menargetkan kontribusi pendapatan dari proyek swasta menjadi 36 persen, dari sebelumnya 29 persen di tahun 2007.

Disinggung soal hutang bank, Indradjaja mengatakan tidak ada masalah pada pos kewajiban ini. ADHI saat ini memiliki komitmen utang sebesar Rp 500 miliar dengan tenor 5 tahun. “Komitmen itu kan baru dimulai Juni 2007 lalu, jadi masih banyak waktu” jelas Indradjaja.

Spending Order Meningkat

JAYA ANCOL TARGETKAN 13,5 JUTA PENGUNJUNG TAHUN 2009

JAKARTA – PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk (PJAA) targetkan 13,5 juta pengunjung datang ke Taman Impian Jaya Ancol tahun depan. Sampai Oktober 2008 sendiri jumlah pengunjung yang datang telah mencapai 8,5 juta orang. Selama ini kebanyakan pengunjung adalah wisatawan local dengan persentase 95 persen, sedang sisanya adalah wisatawan asing. Wisatawan asing sendiri kebanyakan berasal dari Malaysia, Singapura dan Timur Tengah.

Guna mencapai target tersebut, manajemen PJAA telah melakukan program intensifikasi baik melalui pembuatan wahana baru ataupun program eksternal lainnya. Pada 13 Desember 2008, Ancol akan segera memperkenalkan wahana barunya berupa Flying Fox sepanjang 300 meter dengan tinggi hampir sama dengan 7 lantai. Proyek ini dibangun dengan dana Rp 4 miliar.  Selain itu PJAA juga sedang mengembangkan proyek Samudra Camping Ground yang akan dibangun di Gelanggang Samudera Ancol.

“Kita juga tengah mengembangkan konsep wisata kuliner serta mengembangkan merchandise” demikian yang disampaikan Direktur Utama PJAA, Budi Karya Sumadi, Rabu (26/11). Menurut Budi, sector pariwisata masih tetap akan menjadi fokus PJAA di tahun mendatang. Tahun 2009 sendiri PJAA menargetkan pertumbuhan penjualan sebesar 20 persen. Hal ini karena spending order tahun depan diperkirakan meningkat. Salah satunya dengan adanya momentum pemilu dimana parpol akan banyak menggunakan fasilitas di Ancol.

Lebih jauh lagi, saat ini PJAA juga telah menandatangani kerjasama dengan Suoi Tien Park Vietnam dalam pembuatan acara dolphin show. Pertunjukan ini akan digelar perdana di kota Ho Chi Minh City di awal tahun 2009 dengan tiket masuk seharga 2 Dollar. Dana yang dianggarkan untuk pembangunannya adalah sebesar 10 miliar sampai 20 miliar, yang di share 50:50 dengan pihak Suoi Tien Park. Menurut Budi, pangsa pasar di Vietnam masih cukup bagus, karena secara umum level Vietnam masih di bawah Indonesia.

PJAA sendiri sebenarnya memiliki 2 macam sector usaha yakni pariwisata dan property. Namun pariwisata memberikan kontribusi yang paling besar terhadap revenue PJAA yakni sebesar 60 persen. Untuk property, PJAA lebih memfokuskan diri sebagai land developer khususnya untuk landed housing. Saat ini PJAA tengah mengembangkan kawasan hunian dengan tema “Green Beach” yang clusternya akan di bangun di kawasan pantai.

Efisiensi

Kinerja PJAA sampai dengan triwulan III 2008 terbilang cukup bagus. Pendapatan tahun 2008 mengalami kenaikan 20 persen dari tahun 2007, menjadi Rp 565.464.870.221. Laba bersih juga mengalami kenaikan sebesar 3,3 pesen. Tahun 2007 laba bersih PJAA adalah Rp 73.767.702.595 namun kini menjadi Rp 76.196.442.532. PJAA saat ini juga sedang mengambangkan program-program efisiensi, diantaranya adalah pemanfaatan wind energy untuk listrik dan produksi air sendiri.

Khususnya untuk produksi air, PJAA terus melakukan upaya realisasinya. “Selama ini cost air menjadi cost center usaha dan menyebabkan kerugian” kata Budi. Menurutnya jika proyek tersebut bisa dilakukan sepenuhnya maka PJAA akan mendapatkan tambahan pendapatan sebesar Rp 5 miliar. “Kerja sama outsourcing payment yang cashless juga meningkatkan efisiensi kita” lanjutnya lagi. Efisiensi beban usaha ini berdampak pada kanaikan operating profit margin PJAA. Triwulan III 2008 operating profit margin PJAA mencapai 19 persen, dimana tahun sebelumnya hanya 18 persen.

Disinggung masalah saham PJAA, Budi menjelaskan bahwa pihaknya belum akan melakukan buyback. “Kalaupun akan buyback jumlahnya sekitar 2 sampai 3 persen saja” jelas Budi. Pada perdagangan kemarin, Rabu (26/11), harga saham PJAA berada pada level Rp 340.

Tuesday, November 25, 2008

LABA PT MULTI INDOCITRA TBK TURUN RP 5,874 MILIAR

JAKARTA – PT Multi Indocitra Tbk alami penurunan laba bersih Rp 5,874 miliar. Sampai dengan Q3 tahun 2008 kinerja MICE memang sedikit mengalami tren menurun. Dalam 2 tahun belakangan ini, laba bersih yang diperoleh MICE terus menurun yakni masing-masing Rp 30,012 miliar dan Rp 24,138 miliar. Padahal MICE sempat mencatatkan laba bersih yang cukup bagus pada 2006 yakni Rp 38,269 miliar.

Jumlah ekuitas Q3 2008 mengalami kenaikan 4,3 persen menjadi Rp 209.117.146.856. Sebelumnya jumlah ekuitas yang dimiliki pada 2007 adalah Rp 200.487.103.766. Pada pos kewajiban lancar, MICE mengalami kenaikan kewajiban sebesar Rp 3.360.453.340. Pada tahun 2008 kewajiban lancar MICE adalah Rp 29.530.318.581, sedang pada 2007 adalah Rp 26.169.865.241. Jumlah kewajiban dan ekuitas pada Q3 2008 mengalami kenaikan 5 persen, dari Rp 253.429.627.136 di tahun 2007, kini menjadi Rp 266.156.960.930. Jumlah hutang MICE sampai 2008 ini total sebesar Rp 15.526.017.717 baik kepada pihak ke tiga maupun pihak dengan hubungan istimewa. Jumlah ini mengalami kenaikan 1,7 persen dari tahunn 2007 sebesar Rp 15.257.604.210.

Penjualan bersih tahun ini mengalami penurunan 4,9 persen. Dari sebelumnya pada tahun 2007 Rp 243,821 miliar kini hanya sebesar Rp 231,699 miliar. Produk-produk ekspor memberikan kontribusi terbesar pada pos penjualan MICE, yakni sebesar 23 persen. Penjualan dot bayi memberikan kontribusi 18 persen. Botol susu dan perlengkapan bayi masing-masing memberikan sumbangan 17 persen terhadap penjualan. Kontribusi penjualan 10 persen dan 9 persen disumbang oleh produk toiletries dan produk kosmetika remaja.

MICE adalah perusahaan yang bergerak di bidang distribusi dan pemasaran barang konsumsi perlengkapan bayi dan perawatan kulit. PT Multi Indocitra Tbk saat ini memiliki 2 anak perusahaan yaitu PT Multi Elok Cosmetics (MEC) dan PT Pigeon Indonesia (PI). MEC adalah produsen produk perawatan kulit, sedang PI untuk produk baby bottle, nipple dan aksesories lain. PT Pigeon Indonesia adalah distributor tunggal yang mendapat lisensi dari Pigeon Corpotarion di Jepang.

Menyikapi kondisi krisis yang masih berlangsung, MICE menerapkan beberapa strategi guna meningkatkan penjualannya. Menurut MICE saat ini perusahaannya tengah mengembangkan kerjasama dengan beberapa rumah sakit bersalin untuk lebih mendekatkan diri dengan konsumen.

Pemasaran produk-produk MICE sampai saat ini masih lebih banyak dijual di dalam negeri. Komposisi penjualan tahun 2008 ini adalah 77,4 persen dalam negeri dan 22,6 persen ekspor. Komposisi ini sedikit mengalami perubahan dari tahun 2007, dimana pasar local mendapat jatah 76,1 persen dan pasar ekspor 23,9 persen. Sulitnya menembus pasar ekspor akibat krisis financial nampaknya membuat MICE mulai mengalihkan sasarannya ke pasar domestik.  Diversifikasi produk juga tengah dikembangkan oleh MICE sebagai upaya merebut pangsa pasar. Saat ini produk MICE yang sudah cukup bagus pangsa pasarnya adalah dot bayi pigeon dan botol susu pigeon. Dari data audit AC Nielsen tahun 2005 pangsa pasar dot bayi Pigeon adalah 74,7 persen, sedang botol susu pigeon sebesar 50,2 persen.

Analis :

Menurut Gina Novrina Nasution

Sampai saat ini khusus produk Pigeon belum ada pesaing yang cukup kompetitif, jadi pangsa pasarnya masih cukup bagus. Namun MICE harus melakukan proyeksi lagi jika hendak menerapkan strategy diversifikasi. Hal ini disebabkan karena produk-produknya masih punya kandungan bahan baku impor. Hal tersebut tentu saja akan berpengaruh pada production cost karena Dollar masih fluktuatif. Untuk saham MICE saat ini memiliki P/E dan PBV masing-masing 4.66 dan 0.66.  Target harga saham di level Rp 240 per lembar. Rekomendasi HOLD.

Monday, November 24, 2008

ASING MINATI BUKIT DARMO PROPERTY

JAKARTA – Investor asing mulai lirik saham PT Bukit Darmo Property Tbk (BKDP). Hal tersebut terbukti setelah masuknya Mensa Capital Pte Ltd yang membeli 33.709.667 lembar saham BKDP. Perusahaan asal Singapura tersebut kini menguasai 5,62 persen saham BKDP. Sebelumnya saham tersebut dimiliki oleh PT Astria Axes Management.

Usaha property nampaknya kini mnejadi sector yang cukup bergairah setelah adanya kebijakan pemerintah yang fokus pada sector riil. Sampai dengan Q3 2008 laba bersih yang dibukukan BKDP adalah sebesar Rp 39.011.712.079. Jumlah tersebut meningkat drastic dari tahun 2007 yang hanya sebesar Rp 364.336.816. Salah satu yang menjadi penyebab kenaikan ini adalah karena kenaikan penjualan bersih pada 2008. Penjualan 2008 sendiri adalah Rp 94.468.386.243. Sedangkan di tahun 2007 penjualan hanya sebesar Rp 5.996.887.397.

Jumlah kewajiban dan ekuitas di tahun 2008 juga mengalami kenaikan sebesar 18 persen. Tahun 2007 kewajiban dan ekuitas BKDP adalah sebesar Rp 689.024.452.389. Di tahun 2008 kewajiban dan ekuitas BKDP menjadi Rp 812.821.415.230. Pada pos beban usaha juga mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Di tahun 2008 beban usaha adalah sebesar Rp 7.393.810.937 atau naik 255,3 persen dari 2007 yang hanya Rp 2.080.632.122. Jumlah aktiva yang dimiliki juga mengalami kenaikan menjadi Rp 812.821.415.230 di tahun 2008 setelah sebelumnya di tahun 2007 hanya sebesar Rp 689.024.452.389.

BKDP adalah perusahaan yang inti usahanya adalah kontaktor dalam pekerjaan bidang teknik. Kegiatannya antara lain bidang pekerjaan sipil, arsitektur, dekorasi, real estate serta pembebasan dan pematangan tanah untuk pembangunan gedung.

BKDP memiliki dua anak perusahaan yaitu PT IPAC Graha Sentosa dan PT Sentra Multi Ungul. PT IPAC Graha Sentosa adalah penyedia jasa informasi dan pelayanan pemasaran yang berkedudukan di Jakarta. Sedang PT Sentra Multi Unggul adalah perusahaan pada bidang usaha pengusahaan tanah dan bangunan yang berdomisili di Surabaya. Masing-masing memiliki jumlah aktiva Rp 566.460.669 dan Rp 17.755.786.448. BKDP sendiri memiliki penyertaan lebih dari 50 persen atas kedua anak usahanya tersebut. Pada perdagangan kemarin, Senin (24/11), saham BKDP ditransaksikan pada level Rp 50 per lembar. Volume 42.500 dengan nilai mencapai 2.125.000.

LABA BERSIH PT CITRA TUBINDO TBK TURUN 20 PERSEN

JAKARTA – PT Citra Tubindo Tbk (CTBN) alami penurunan laba bersih sebesar 20 persen. Penurunan ini diakibatkan oleh menurunnya laba usaha konsolidasi 86 persen dari tahun 2007 lalu. Pada Q3 tahun 2007 laba bersih CTBN adalah Rp USD 21,63 juta, namun tahun ini hanya mencapai USD 17,26 juta atau 80 persen dari tahun lalu.

Hal lain yang juga menyebabkan terjadinya penurunan laba bersih adalah konsolidasi pendapatan lain-lain tahun ini yang hanya mencapai 94 persen dari tahun lalu. Hal tersebut dekemukakan oleh Direktur CTBN, Hedy Kurniawan, dalam keterbukaan di BEI, Senin (24/11).

CTBN adalah perusahaan PMDN yang lingkup kegiatannya usahanya di bidang pembuatan aliran pipa dan asesories, proses perawatan panas, pelapisan pipa, dan pembuatan protector. Kantor pusatnya berkedudukan di kota Batam.

Sampai pada Q3 2008 ini, total aktiva yang dimiliki oleh CTBN adalah USD 191,52 juta. Jumlah tersebut mengalami kenaikan sebesar 27 persen dari tahun 2007 sebesar USD 150,85 juta. Jumlah kewajiban lancar mengalami kenaikan 57 persen. Dari sebelumnya tahun 2007 sebesar USD 54,08 juta, tahun ini meningkat menjadi USD 84,99 juta. Persediaan barang sampai September 2008 mengalami kenaikan cukup signifikan sebesar 175 persen atau USD 26,7 juta. Persediaan bersih 2007 adalah USD 15.263.658 namun di tahun 2008 menjadi USD 41.956.430. Adanya kenaikan disebabkan karena tahun 2007, konsolidasi persediaan barang dari PT Dwi Sumber Arca Waja (DSAW) belum dimulai.

DSAW sendiri adalah anak perusahaan CTBN yang usahanya di bidang pengelasan pipa double submerged arc-welding. Jumlah kepemilikan saham CTBN atas DSAW adalah sebesar 87,11 persen. Hal itu terjadi setelah CTBN membeli kepemilikan saham Airtrust Pte., Ltd atas DSAW, senilai USD 325.000 untuk 325.000 lembar saham. Dengan telah masuknya DSAW dalam angka konsolidasi, total asset CTBN per September 2008 mengalami kenaikan sebesar 54 persen atau senilai USD 15,5 juta.

Target penjualan CTBN sampai akhir tahun 2008 ini adalah sebesar USD 280 juta. Sampai Q3 2008 ini penjualan CTBN mencapai USD 240,21 juta. Mengalami kenaikan 14 persen dari tahun 2007 sebesar USD 210,70 juta. Menurut pihak CTBN, peningkatan penjualan ini diakibatkan oleh naiknya pendapatan pipa structural dan pendapatan pabrikasi rig.

Pada pos hutang bank, CTBN mengalami kenaikan hutang yang cukup besar di tahun 2008, yakni sebesar 106 persen atau USD 13,1 juta. Adanya kenaikan yang cukup besar ini adalah akibat dari meningkatnya kegiatan operasional anak perusahaan dari CTBN. Saat ini CTBN memiliki 15 anak perusahaan yang tersebar di dalam maupun luar negeri.

Analisis

Harga saham CTBN pada perdagangan kemarin, Senin (24/11) ditutup pada level Rp 31.000 dengan volume 500.

Sunday, November 23, 2008

DESEMBER, RICY BAGIKAN DIVIDEN

JAKARTA – PT Ricky Putra Globalindo Tbk (RICY) akan bagikan dividen mulai Desember mendatang. Besar dividen yang akan diterima oleh nasabah untuk setiap lembar sahamnya adalah Rp 5. Saat ini jumlah saham yang beredar di public adalah 641.717.510 lembar saham. Sehingga jumlah dividen yang akan dibayarkan total sebesar Rp 3.208.587.550.

Jadwal pelaksanaan pembagian dividen tersebut adalah, cum dividen dan ex dividen di pasar reguler dan pasar negosiasi masing-masing pada 10 dan 11 Desember 2008. Sedangkan untuk cum dividen dan ex dividen di pasar tunai masing-masing akan dilakukan pada 15 dan 16 Desember 2008. Pemegang saham yang berhak menerima dividen tunai ini adalah yang namanya tercantum dalam recording date pada 15 Desember 2008. Daftar tersebut dikeluarkan oleh Biro Administrasi Efek (BAE) RICY yaitu PT Raya Saham Registra.

Sampai dengan paruh pertama 2008 total asset yang dimiliki RICY adalah Rp 604.318.628.657. Jumlah ini mengalami kenaikan 13,6 persen dari 2007 yang sebesar Rp 532.026.760.853 untuk periode yang sama. Kewajiban lancar yang harus dipenuhi juga mengalami kenaikan sebesar 44,2 persen. Sebelumnya kewajiban lancar 2007 adalah sebesar Rp 148.094.617.372, namun di tahun 2008 membengkak menjadi Rp 213.609.703.155. Sementara itu total kewajiban, hak minoritas dan ekuitas pada 2008 adalah sebesar Rp 604.318.628.357. Jumlah ini mengalami kenaikan 13,6 persen dari tahun 2007 yang sebesar Rp 532.026.760.853.

Penjualan bersih pada paruh 2008 adalah sebesar 232.054.415.357. Jumlah ini mengalami kenaikan tipis 3,9 persen dari tahun 2007 sebesar Rp 223.408.746.703. Beban usaha 2008 juga mengalami kenaikan 20,7 persen menjadi Rp 35.548.083.740 dari tahun 2007 sebesar Rp 29.447.379.242. Pada pos laba usaha, di 2008 RICY mengalami penurunan. Tahun 2007 laba usaha adalah sebesar Rp 35.963.142.906, namun pada 2008 hanya sebesar Rp 23.541.444.876. Adanya penurunan laba usaha tersebut juga berdampak pada laba bersih yang dibukukan oleh RICY. Pada 2008 laba bersih RICY adalah sebesar Rp 12.980.441.463. Jumlah ini mengalami penurunan 43,7 persen dari tahun 2007 yang sebesar Rp 23.056.857.272.

RICY sendiri adalah perusahaan yang lingkup bisnisnya di bidang industri pembuatan pakaian dalam dan pakaian jadi (fashion ware). Saat ini RICY telah mempunyai 5 anak perusahaan yang semuanya berfungsi sebagai distributor produk-produknya. Mereka adalah PT Jasaricky Abadi di Medan, PT Ricky Jaya Sakti di Surabaya, PT Ricky Musi Wijaya di Palembang, PT Ricky Mumbul Daya di Semarang, dan PT Ricky Arta Jaya di Bandung. Kepemilikan saham oleh RICY pada perusahaan tersebut telah mencapai 90 persen lebih, kecuali pada PT Ricky Mumbul Daya yang masih 50 51 persen. Di lantai bursa saham RICY ditransaksikan pada level harga Rp 270 per lembar.

Friday, November 21, 2008

LAHAN NGANGGUR PT RUKUN RAHARJA TBK 25.845 M2

JAKARTA – PT Rukun Raharja Tbk (RAJA) masih punya lahan senilai Rp 10.439.928 yang belum digarap. Jumlah tersebut adalah 26 persen dari total nilai lahan RAJA Q3 tahun 2008 yang mencapai Rp 27.182.750.164. Sebelumnya pada tahun 2007 RAJA memiliki total lahan senilai Rp 27.308.750.164.

Dari tahun 2007 sampai 2008, RAJA masih terus mengembangkan lahannya senilai Rp 16.742.821.926. Lahan seluas 27.759 m2 tersebut terletak di Kelurahan Sudimara Pinang dan Pedurenan Ciledug, Tangerang. Lahan dengan nilai perolehan Rp 14.597.642.375 tersebut, sedang dikembangkan dalam proyek pembangunan Ciledug Otomotif Center.  Sampai triwulan III 2008 ini total biaya yang sudah dikeluarkan untuk membangun proyek tersebut mencapai Rp 2.145.179.551.

Lahan yang masih belum digarap berada pada lokasi yang sama dengan luas mencapai 25.845 m2. Di samping itu juga masih terdapat lahan seluas 48.000 m2 yang terletak di Desa Tonjong, Kecamatan Kramatwatu, Kabupaten Serang yang akan dikerjakan untuk proyek selanjutnya.

RAJA adalah perusahaan penyedia jasa pelabuhan. Sampai dengan Q3 2008, RAJA masih bisa membukukan laba bersih sebesar Rp 296.241.751. Jumlah ini sebenarnya mengalami penurunan 28,3 persen dari tahun sebelumnya yang mencapai Rp 413.017.948. Pendapatan yang diterima juga mengalami penurunan 26 persen. Q3 Tahun 2007 pendapatan RAJA sebesar Rp 2.939.626.871, namun pada 2008 menjadi Rp 2.171.049.648. Total aktiva yang dimiliki oleh RAJA juga mengalami penurunan 8,2 persen. Tahun 2008 total aktiva sebesar Rp 72.682.594.132 dari sebelumnya Rp 79.184.788.639 di tahun 2007. Total kewajiban dan ekuitas juga mengalami penurunan 8,2 persen dari tahun 2007 sebesar Rp 79.184.788.639, menjadi Rp 72.682.594.132 pada 2008.

Pada perdagangan hari Jumat (21/11) harga saham RAJA adalah Rp 90 per lembar. Jumlah tersebut mengalami penurunan 10 persen dari harga penutupan sebelumnya Rp 100 per lembar. Volume perdagangan RAJA rata-rata adalah 45.000. Beta saham RAJA adalah 0.5, dengan EPS Rp 0.11. Saham yang telah dikeluarkan sendiri berjumlah 679,51 juta lembar, dengan market capitalization mencapai Rp 67.951,38 juta.

UTANG INDORAMA MASIH USD 33 JUTA

JAKARTA – Indorama Synthetics Tbk (INDR) masih punya kewajiban pada International Financial Corporation, Washington, sebesar USD 33 juta. Jumlah ini akan jatuh tempo pada tahun 2012. “Total pinjaman dari IFC sendiri adalah sebesar USD 48 juta, tapi kini hanya tinggal USD 33 juta saja” demikian yang disampaikan oleh V.S.Baldwa, Finance Director PT Indorama Tbk pada acara public expose, Jumat (21/11).

Namun meski begitu Baldwa yakin Indorama tidak akan kesulitan dalam memenuhi kewajiban tersebut. Menurutnya saat ini Indorama memiliki tren yang positif. Dari laporan keuangan Q3 2008 tercatat bahwa total net sales Indorama mengalami kenaikan sebesar 19 persen. Sebelumnya pada tahun 2007, net sales Indorama adalah sebesar USD 370,4 miliar, namun kini telah mencapai USD 441,1 miliar. Namun net profit yang dibukukan sampai Q3 2008 ternyata mengalami penurunan menjadi sebesar USD 2,2 miliar. Jumlah ini turun 1,8 persen dari 2007 yang mencapai USD 2,24 miliar. Adanya penurunan ini diakui Baldwa sebagai akibat dari gejolak ekonomi global saat ini. Terjadinya krisis keuangan telah memicu kenaikan-kenaikan harga, seperti harga minyak yang membuat production cost Indorama menjadi lebih tinggi. Karena hal inilah Indorama pada 2009 belum bisa menargetkan adanya pertumbuhan usahanya. Capital expenditure tahun 2009 juga belum bisa dipastikan jumlahnya oleh INDR. “Kita hanya akan fokus untuk maintain apa yang sudah kita capai sekarang, karena pasar masih sulit” jelas Baldwa. EBITDA INDR pada Q3 2008 adalah sebesar USD 28,2 miliar, meningkat 2,9 persen dari 2007 yang sebesar USD 27,4 miliar.

Indorama sendiri cukup optimis bahwa krisis yang terjadi sekarang tidak akan banyak berpengaruh pada operasional perusahaannya karena telah memiliki economic power plan untuk selalu memenuhi commitment. Selain itu dengan penerapan sistem pembayaran menggunakan Dollar baik untuk pasar dalam negeri maupun ekspor, membuat penjualan Indorama tak terlalu banyak mengalamai risiko currency. Kebijakan in telah diterapkan sejak tahun 1998 pasca terjadinya krisis moneter kala itu. Hal inilah yang membuat INDR yakin penjualan hingga akhir tahun ini akan mengalami kenaikan sebesar 10 persen sampai 15 persen.

Steady Industry

Saat ini porsi penjualan Indorama untuk ekspor adalah 60 persen dan untuk pasar dalam negeri sebesar 40 persen. Saat ini ada 80 negara yang menjadi tujuan ekspor Indorama.“Industri kita adalah industri yang cukup steady perkembangannya, namun kita adalah salah satu dari sunrise industry” kata Baldwa.

Indorama adalah perusahaan yang bergerak di bidang petrochemical business. Salah satu produk andalannya adalah produksi polyester yang permintaannya semakin mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Polyester sendiri adalah bahan baku dalam industri tekstil dan packaging setelah sebelumnya digunakan cotton namun kini sudah mulai ditinggalkan.

Tahun 2008 ini Indorama telah menyelesaikan beberapa proyek investasi antara lain pembangunan pabrik spunyarn di Purwakarta, dan penggantian alat-alat produksi dengan yang baru.

Ditanya Mengenai harga saham ASDR, Baldwa mengatakan harga tersebut sama sekali tidak mencerminkan fundamental perusahaan. “Harga saham itu kan lebih dipengaruhi sentimen pasar, perusahaan kita cukup kuat dan berada pada top level dunia untuk industri ini” jelasnya. Komposisi kepemilikan saham INDR saat ini adalah 42 persen milik public, 38 persen milik PT Irama Unggul, 13 persen milik Indorama International, dan sisanya 7 persen milik IFC.

Analis

Pada perdagangan saham di lantai bursa kemarin (21/11), saham INDR ditutup pada level RP 480 per lembar saham, dengan nilai perdagangan mencapai 6 juta. Ketut Tri Bayuna dari PT Bali Securities mengatakan bahwa dengan adanya economic downturn pasti juga akan berpengaruh pada ekspor tekstil. Industri tekstil adalah industri yang memiliki cost of production yang tinggi. Hal ini tentu akan berpengaruh pada penjualannya. Apalagi dengan adanya system pembayaran dengan dollar, justru akan memicu macetnya permintaan dan pembayaran akibat selisih currency yang tinggi. Menurut Ketut pertumbuhan di tahun 2008 ini secara umum industri akan mengalami kenaikan pertumbuhan 50 persen dari tahun 2007. “Namun untuk tahun 2009, ini adalah tahun yang critical” jelasnya. Meskipun begitu ia tetap yakin untuk tahun-tahun berikutnya, industri ini akan mengalami perbaikan. Untuk investor Ketut menyarankan agar HOLD karena dalam jangka panjang INDR cukup bagus.

Thursday, November 20, 2008

Rencana Ekspansi

ASTRA GRAPHIA TBK GANDENG ANZ

JAKARTA – ASTRA GRAPHIA Tbk mendapatkan loan financing dari ANZ Panin Bank untuk program ekspansinya. Besarnya plafon pinjaman adalah sebesar Rp 200 miliar. “Dana itu kita gunakan untuk membayar obligasi kemarin, dan untuk rencana ekspansi perusahaan tahun depan” jelas Susy Herlina Widjaja, corporate secretary ASTRA GRAPHIA Tbk (ASGR), Kamis (20/11).

Tanggal 27 Oktober 2008 lalu ASGR memang mempunyai kewajiban membayar obligasi jatuh tempo senilai Rp 118 miliar. Obligasi berseri Astra Graphia I/2003 itu kini telah selesai dibayarkan. Sampai dengan saat ini jumlah dana plafon 200 miliar itu belum digunakan sepenuhnya. “Sampai Oktober ini kita baru menggunakan dana tersebut sekitar 100 miliar” kata Susy. Jatuh tempo loan financing tersebut baru akan terjadi pada 9 September 2011 dengan tingkat suku bunga tahunan sebesar 1,75 persen.

ASGR adalah perusahaan yang core business-nya adalah solusi dokumen dan information technology. Untuk bidang IT sendiri dijalankan melalui anak usahanya yaitu PT Astra Graphia Information Technology (AGIT). Sebelumnya AGIT bernama PT SCS Astra Graphia Technology (SAT). Perubahan ini terjadi setelah pihak ASGR memutuskan mengakuisisi SAT pada 20 Agustus 2008. Kepemilikan sahamnya sendiri saat ini mencapai 99,99 persen.

Menurut Susy kinerja Astra Graphia Information Technology masih belum cukup baik. Hal inilah yang menurutnya menyebabkan pada triwulan III tahun 2008 laba bersih ASGR turun 4,2 persen. “Setelah konsolidasi saham AGIT kemarin ternyata kita lihat kinerjanya masih belum cukup baik” kata Susy. Pada triwulan III 2008 ini laba bersih yang dibukukan oleh ASGR adalah sebesar Rp 56.165.182.433 dari sebelumnya Rp 58.631.870.721 di tahun 2007. Pada pos kewajiban lancar juga terdapat kewajiban yang cukup besar yakni pada sector pinjaman bank dan pinjaman obligasi masing-masing sebesar Rp 12.649.199.318 dan Rp 117.969.881.417.

Fokus Core Business

Untuk tahun 2009 sendiri ASGR masih akan fokus pada core businessnya. Dengan tetap menggandeng Fuji Xerox dimana ASGR bertindak sebagai distributornya. Hal yang agak kontradiktif adalah bahwa salah satu mitra AGIT adalah Hewlett Packard (HP). Sudah menjadi rahasia umum bahwa Fuji Xerox dan HP adalah competitor satu sama lain. Namun menurut Susy hal ini tidak menjadi masalah karena telah ada ketentuan-ketentuan yang disepakati sebelumnya. Pihak ASGR sendiri menjamin tidak akan ada conflict of interest. Saat ini ASGR tengah mempelajari berbagai proposal bisnis yang cukup feasible untuk dijalankan. Namun Susy belum bersedia memberi keterangan bisnis apa saja yang sedang dipelajari ASGR. “kita masih lihat-lihat dulu dengan kondisi sekarang ini, dampak krisis masih ada” jelas Susy.

Saham ASGR

Sampai dengan perdagangan kemarin harga saham ASGR berada pada level Rp 190 per lembar. Saham ASGR sendiri cukup aktif di lantai bursa. Frekuensi perdagangan tertinggi selama 10 hari terakhir terjadi pada 13 November yakni sejumlah 41 kali dengan total nilai 181.150.000.  Pada 11 November 2008 ASGR juga telah melaksanakan pembayaran dividen interim sebesar Rp 10 per lembar saham. Hal ini nampaknya adalah indikasi bahwa ASGR berusaha memberi sentiment positif bagi investor sehingga harga sahamnya dapat terkatrol.

Analis

Menurut Gina Novrina nasution, Analis dari Reliance Securities, saham ASGR masih cukup berpotensi. Walaupun ASGR banyak mengandalkan permodalan dari bank dan laba bersih turun, namun ASGR masih bisa membukukan net income. Hal ini adalah tren yang positif. Secara teknikal, untuk jangka pendek saham ASGR masih akan melanjutkan penguatan dengan indikator MACD dan RSI (14) yang berada dititik 39. Sehingga RSI (14) akan melewati titik 45 yang artinya saham ASGR mempunyai potensi penguatan yang cukup besar dalam jangka pendek. Saat ini P/E dan PBV ASGR adalah 3.84 dan 0.85. Untuk jangka panjang, saham ASGR masih cukup bagus hanya nilai intrinsiknya tidak tercermin dari pelemahan  yang terjadi dipasar. Gina sendiri menyarankan buy on weakness.

PT FIRST MEDIA TBK BAYAR 5 MILIAR UNTUK SAHAM JAKARTA MARCAPADA MEDIA

JAKARTA – PT First Media Tbk (KBLV) telah menandatangani akta penjualan dan pembelian saham dengan PT Spektrum Duta Corporasi dalam PT Jakarta Marcapada Media. Hal ini disampaikan oleh Wakil Presiden Direktur KBLV Yen Hsu dalam sesi keterbukaan informasi BEI, Kamis (20/11).

Pembelian saham ini dilakukan oleh anak usaha KBLV yaitu PT First Media News. Total pembeliannya sendiri adalah 3.334 lembar saham dengan nilai transaksi Rp 5 miliar rupiah. Jumlah ini mewakili 12,5 persen dari seluruh saham yang telah dikeluarkan dan disetor penuh dalam PT Jakarta Marcapada Media. Transaksinya sendiri telah dirampungkan pada tanggal 17 November 2008.

Sebelumnya KBLV juga telah memengang kendali penuh atas saham PT Ayunda Prima Mitra serta memiliki 80 persen saham PT Direct Vision. PT Direct Vision sendiri dikenal sebagai perusahaan yang mengoperasikan jasa televisi pada satelit Astro Nusantara yang baru-baru ini tersandung masalah.

Sampai dengan Q3 2008 ini KBLV telah memperoleh total pendapatan RP 395.833.370.166 naik 22,3 persen dari 2007 yang sebesar Rp 323.595.289.547. Beban usaha yang dibukukan juga mengalami kenaikan 29,5 persen dari sebelumnya Rp 146.095.228.795 di tahun 2007 kini menjadi Rp 189.171.883.842 pada tahun 2008. Laba usaha mengalami penurunan 35 persen menjadi Rp 25.831.537.973 pada 2008 dari sebelumnya Rp 39.756.213.232 pada 2007. Namun begitu, pada pos laba bersih terjadi kenaikan yang cukup signifikan. Dari tahun 2007 Rp 2.196.283.295 menjadi Rp 5.481.280.893 pada 2008.

PT First Media sendiri adalah bagian dari Grup Lippo yang didirikan pada tahun 1994. Selama ini core busiessnya adalah sebagai penyedia layana internet broadband, TV kabel dan layanan komunikasi data berkecepatan tinggi yang kemudian lebih akrab disebut triple play. Pada perdagangan saham di bursa kemarin saham KBLV berada pada level Rp 940 per lembar saham.