Sunday, December 21, 2008

Data Survey IMS Bagus
PT TEMPO SCAN PACIFIC TBK OPTIMIS PENJUALAN NAIK

JAKARTA – PT Tempo Scan Pacific Tbk (TPSC) yakin penjualannya tahun depan tidak akan mengalami penurunan. Paulus Harianto, Wakil Presiden Direktur TPSC, mengatakan bahwa walaupun krisis financial masih terjadi, namun sector consumer goods tak akan banyak mengalami perubahan. “Sektor obat dan makanan kan lebih banyak dipengaruhi oleh kondisi ekonomi” katanya beberapa waktu lalu di Jakarta.

Hal yang cukup memperkuat keyakinan Palus adalah, adanya hasil riset dari IMS mengenai industri farmasi terkait krisis keuangan global yang terjadi. Dalam risetnya IMS menyebutkan bahwa makin melemahnya daya beli akibat krisis keuangan, maka akan terjadi peningkatan self medication.

Adanya self medication ini ke depan akan membuat penjualan obat khususnya obat OTC (Over The Counter) mengalami peningkatan. Produk obat dari TPSC memang terbagi menjadi dua kategori yakni ethical (resep dokter) dan OTC (obat bebas). Sampai dengan September 2008, penjualan produk obat TPSC melalui divisi farmasinya adalah sebesar Rp 1.023.675 juta. Jumlah tersebut mengalami kenaikan dari tahun 2007 yang hanya sebesar Rp 920.098 juta untuk periode yang sama.

Namun begitu Paulus juga tidak memungkiri bahwa adanya krisis keuangan sedikit banyak telah mempengaruhi kinerja TPSC. Bahan baku yang masih harus diimpor, membuat biaya bahan baku juga mengalami peningkatan. Dengan kanaikan kurs dollar yang digunakan dalam transaksi, tentu menambah beban usaha meningkat. “Indonesia saat ini belum bisa penuhi bahan baku farmasi dan sediaan” katanya.

Guna menyiasati kenaikan harga bahan baku TPSC juga mengambil kebijakan menaikkan harga jual. Paulus mengakui, bahwa pihaknya telah melakukan peningkatan harga produk secara konservatif. Ia mengatakan bahwa langkah tersebut ditempuh untuk meningkatkan elastisitas harga demi menjaga persaingan dengan competitor. Karena itulah di tahun 2009 mendatang, TPSC berupaya mengkonsolidasikan pembelian bahan kemasan dan bahan baku. “Dengan mengupayakan alternative sourcing diharapkan TPSC akan mendapat harga, kualitas dan termin pembayaran yang terbaik” jelasnya.

Divisi Distribusi
Sejauh ini TPSC memiliki 3 divisi usaha yakni divisi farmasi, divisi perawatan kesehatan dan kosmetika, serta divisi distribusi. Sampai dengan kuartal III 2008, sumbangan tiap divisi terhadap penjualan TPSC masing-masing sebesar Rp 1.023.675 juta, Rp 647.311 juta dan Rp 1.040.210 juta. Semuanya mengalami peningkatan dari tahun 2007 untuk periode yang sama, yakni sebesar 11,26 persen, 40,91 persen, dan 19,19 persen.

Khusus untuk divisi distribusi, ke depan TPSC akan meningkatkan armada darat yang dimilikinya, guna mempercepat pengiriman produknya. Tahun 2008 ini lebih dari 40 persen distribusi produk TPSC didistribusikan melalui jalur darat menggunakan armada anak perusahaannya. Saat ini TPSC memiliki 560 kendaraan roda dua, dan sekitar 448 kendaran roda empat atau lebih.

Tahun mendatang TPSC juga akan meningkatkan penjualan ekspornya. Menurut Paulus, sumbangan penjualan ekspor terhadap net sales masih terlalu kecil yakni hanya sebesar 6 persen. Sedang sumbangan penjualan ekspor terhadap net profit-nya hanya 7 persen. Salah satu produk yang menjadi unggulan TPSC adalah produk minuman suplemen dengan merek Hemaviton. “Susah untuk menyebutkan market share kita, tapi yang jelas merek Hemaviton di posisi dua setelah Extra Jos” jelas Paulus.

Laba bersih yang berhasil dibukukan TPSC dari semua divisi usahanya, sampai dengan kuartal III 2008 adalah sebesar Rp 273.528 juta. Jumlah tersebut mengalami peningkatan 4,89 persen dari tahun 2007. EBITDA per September 2008 sebesar Rp 365.454 juta, meningkat 9 persen dari 2007 yang hanya Rp 335.286 juta. Total ekuitas yang dimiliki sampai dengan Q3 2008 adalah sebesar Rp 2.094.575 juta. Naik 1 persen dari tahun sebelumnya. Total aktivanya sendiri adalah sebesar Rp 2.856.321 juta di Q3 tahun ini. Meningkat 5,83 persen dari Q3 2007 yang sebesar Rp 2.698.977. Sementara itu pada pos kewajiban terjadi kenaikan yang cukup signifikan. Pada Q3 tahun 2008 jumlah kewajiban adalah sebesar Rp 607.026 juta. Jumlah tersebut mengalami kenaikan 25,31 persen dari Q3 2007 yang hanya sebear Rp 484.431 juta. Kenaikan jumlah kewajiban ini nampaknya banyak disumbang oleh pos hutang bank. “Pinjaman jangka pendek kita saat ini sekitar Rp 30 miliar, semua untuk modal kerja” kata Paulus. Jumlah pinjaman dengan menggunakan comfort letter dan corporate guarantee itu, mengalami kenaikan 15 persen dari tahun Q3 tahun 2007. Kala itu jumlah pinjaman bank TPSC adalah sebesar Rp 26.787 juta.

Saat ini kepemilikan saham TPSC 95 persen oleh PT Bogamulia Nagadi dengan jumlah saham 4.275.109.818. Selebihnya, 5 persen saham dimiliki institusi dan perorangan baik lokal maupun asing. Terkait dengan sedikitnya saham yang beredar di public, Paulus tidak berani mengatakan apakah akan ada kebijakan go private. “Semua itu menjadi wewenang RUPS, kami hanya pelaku saja” sanggahnya.

No comments:

Blog Archive