Wednesday, December 3, 2008

Keluarkan Produk Baru
PT DARYA VARIA LABORATORIA TBK TARGETKAN KENAIKAN MARKET SHARE 3 PERSEN

JAKARTA – PT Darya Varia Laboratoria Tbk targetkan market share naik 3 persen tahun depan. Demikian yang disampaikan oleh Charles Robert B Davis, Wakil Presiden Direktur DVLA, Rabu (3/12). Saat ini DVLA sendiri berada pada posisi 17 market share terbesar untuk produk obat.

Pasar farmasi sendiri tahun-tahun mendatang diperkirakan akan berkembang 5 sampai 10 persen. Forecast pada 2012 perkembangannya mencapai USD 3,7 miliar. Tahun ini produk yang banyak diproduksi oleh DVLA adalah produk obat ethical atau obat resep. Perbandingan dari produk ethical dengan produk over the counter (obat bebas) adalah 57 persen dibanding 43 persen. Komposisi itu sama dengan sama dengan tahun 2007 lalu. Produk ethical DVLA sendiri sampai dengan September 2008 tumbuh mencapai 24,8 persen. Pertumbuhan ini jauh melampaui pertumbuhan pasar obat ethical yang ditargetkan, yakni sebesar 10,2 persen. Pasar farmasi di Indonesia saat ini, 71 persen pelakunya adalah perusahaan local.

Produk ethical DVLA telah berkembang 39 persen sebagai hasil dari promosi yang berkesinambungan. Selain itu dengan adanya peluncuran produk-produk baru khususnya penyakit kronis telah membuat penjualan mengalami peningkatan. Pada tanggal 25 November lalu DVLA juga telah menandatangani perjanjian lisensi dengan 7 pihak terafiliasi. Mereka adalah Biomedis Limited, Medichem Pharmaceuticals Limited, Pediatrica Limited, Therapharma Limited, Unam Brands Limited, United American Pahrmaceuticals Limited dan Westmont Pharmaceuticals Limited.

Perjanjian itu sendiri adalah kelanjutan dari perjanjian sebelumnya yang akan mulai berlaku efektif per 1 Januari 2009. Perjanjian lisensi baru itu meliputi 28 merek dagang atau 46 satuan unit terkecil yang terdiri baik itu produk ethical maupun produk over the counter. Dengan adanya perjanjian baru tersebut maka DVLA memperkirakan penjualannya akan meningkat 50 persen tahun 2009 mendatang. Penjualan bersih yang dibukakan oleh DVLA sampai triwulan III tahun 2008 adalah sebesar Rp 468,037 miliar. Jumlah ini mengalami penurunan 8 persen dari tahun 2007, yakni Rp 509,498 miliar.

Oktober tahun ini DVLA mendapatkan tambahan kas senilai Rp 29 miliar. Pemasukan ini berasal dari hasil penjualan tanah dan gedung bekas PT Pabrik Obat Dupa kepada Blue Bird Group. DVLA sebenarnya memiliki 3 anak usaha, yakni PT Pradja Pharin, PT Pabrik Obat Dupa dan PT Kenrose Indonesia. Dua nama yang disebut terakhir kegiatan operasionalnya telah dihentikan oleh DVLA sejak tahun 1998 lalu. Hal itu karena ketika terjadi krisis moneter kala itu, volume penjualannya turun drastic sampai 40 persen. Namun menurut Manuel P Engwa, Presdir DVLA, penjualan juga akan dilakukan atas legal entity dari kedua anak usaha DVLA itu. “Untuk PT Kenrose Indonesia, kami telah bekerjasama dengan Ray White untuk menjadi broker penjualannya” jelas Manuel. Beberapa peralatan yang masih bisa digunakan telah dipindahkan terlebih dulu ke DVLA.

Pasar Terbesar

Indonesia sendiri saat ini adalah pasar farmasi yang terbesar di Asia Tenggara. Nilainya mencapai USD 2,805 triliun. Namun hal yang cukup kontradiktif adalah fakta bahwa konsumsi obat per kapita di Indonesia masih cukup rendah yakni sebesar USD 12,3. Nilai ini terpaut jauh dengan Thailand, Philipina, dan Malaysia. Apalagi dengan Singapura yang konsumsi obat per kapitanya tertinggi di ASEN yakni USD 107,1. Kondisi ini adalah sebagai dampak dari pendapatan per kapita Indonesia yang masih rendah. Di tambah lagi dengan belum siapnya akses layanan kesehatan bagi masyarakat. Sebagai catatan saat ini per 100.000 orang di Indonesia hanta tersedia dokter sebanyak 10 orang saja. Cukup kontras dengan Singapura dimana ada 150 dokter untuk setiap 100.000 orang. Hal itu akhirnya yang menjadi pemicu masyarakat untuk lebih memilih menggunakan obat-obat tradisional dari pada obat-obat modern. Hanya ada 14-16 persen penduduk di Indonesia yang mempunyai akses mudah pada obat modern. DVLA sendiri selama ini mengandalkan jalur distribusi melalui apotek, toko obat dan rumah sakit. Khusus untuk tim pemasaran obat ethical, DVLA mengembangkan kebijakan promosi kepada dokter target yang lebih luas, yaitu dokter internis dan dokter umum.

Oscar E Carag, Direktur Keuangan DVLA mengakui, bahwa kinerjanya tahun depan akan sangat dipenaruhi oleh kondisi ekonomi. “Naiknya dollar akan membuat biaya bahan baku naik 30 sampai 40 persen” kata oscar. Tahun depan DVLA masih akan melihat perkembangan ekonomi guna menentukan kebijakan sebelumnya. Triwulan III tahun 2008 ini laba bersih DVLA adalah Rp 64.275.922.000. Jumlah tersebut mengalami kenaikan cukup signifikan 90 persen dari tahun 2007 yang sebesar Rp 33.826.037.000. Total kewajiban yang menjadi tanggungan DVLA tahun 2008 adalah Rp 155.776.741.000 turun sedikt dari tahu 2007 yang sebesar Rp 156.804.058.000. Tahun depan DVLA juga akan menganggarkan capital expenditure sebesar Rp 37 miliar. “Sekitar 65 persen dari jumlah itu akan kita gunakan untuk penambahan kapasitas produksi”jelas Oscar. Ia juga meyakinkan bahwa capital expenditure tersebut akan didanai dari kas perusahaan sendiri. Oscar sendiri mengakui bahwa kondisi keuangan DVLA saat ini cukup kuat dan sama sekali tidak memiliki komitmen utang dengan bank manapun.

Analis : Andrew Siahaan, Reliance Securities

Kinerja yang cukup bagus tentu saja membawa konskuensi kuatnya fundamental perusahaan. Namun hal yang harus diingat adalah kondisi bahwa tahun ini perekonomian masih akan mengalami tekanan. Masalah inflasi hendaknya juga menjadi perhatian DVLA. Kenaikan inflasi akan memicu pada peningkatan biaya produksi dan pada gilirannya bisa saja menggerus harga saham DVLA. Tahun 2009 mendatang tampaknya masih akan terjadi tren penurunan harga minyak. Kondisi ini bagus untuk perusahaan karena akan menekan pengeluaran operasional. Namun di sisi lain, ada juga risiko meningkatnya jumlah pengangguran karena guncangan ekonomi. Pengangguran yang semakin bertambah tentu juga akan membuat daya beli masyarakat menurun. Apalagi DVLA produknya adalah consumer goods. Namun kebijakan melakukan diversisifikasi oleh DVLA sudah cukup tepat. Investor saham hendaknya tidak hanya melihat pada fundamental perusahaan saja. Karena sesungguhnya dalam perdagangan bursa selalu ada risiko pasar dan harga saham pun biasanya mengikutinya. Dua hal tersebut harus diperhatikan investor. Saat ini saham DVLA di lantai burasa berada pada level Rp 960 per lembar dengan P/E adalah 6,21 dan PBV 1,06. Meski cukup bagus namun market capitalization DVLA masih tergolong kecil, investor sebaiknya wait and see perkembangan selanjutnya saja.

No comments:

Blog Archive