Wednesday, January 21, 2009

Tender 543 BTS
PT BAKRIE TELECOM TBK TUNDA PENGUMUMAN PEMENANG TENDER

JAKARTA – PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) tunda pengumuman pemenang tender penjualan menara BTS nya. Director Corporate Service, Rakhmat Junaidi mengatakan, bahwa kemungkinan baru akhir bulan ini pemenangnya diumumkan. Sebelumnya BTEL merencanakan mengumumkannya pekan ini, namun karena masih ada yang harus diselesaikan maka akhirnya ditunda pengumumannya.

BTEL memang berencana menjual 543 menara BTS nya pada November tahun lalu. RUPSLB BTEL juga telah menyetujui rencana tersebut pada Desember tahun lalu. Menara yang dijual tersebut terdiri dari 123 menara greenfield dan 420 menara rooftop. BTEL kemudian melakukan tender atas penjualan menaranya tersebut. Tender tersebut diikuti oleh enam investor lokal yaitu PT Tower Bersama, PT Powertel, PT Padi Mekatel, PT Solusi Tunas Pratama, PT Protelindo dan PT Retower. Namun sampai saat ini tinggal tiga peserta saja yang masih tersisa. Ditanya siapa saja peserta tersisa, Rakhmat belum berani menyampaikannya. “Saya belum bisa sebutkan sekarang, tunggu saja akhir bulan ini” ujarnya.

Sebelumnya banyak dugaan yang mengatakan bahwa sebenarnya peserta tender menara BTS BTEL, hanya empat investor saja. Hal itu karena ada dugaan, bahwa ada tiga peserta tender, yang sebenarnya masih dibawahi satu pemilik. Namun Direktur Kuangan BTEL, Jastiro Arbi membantah hal tersebut. Lebih lanjut ketika ditanya apakah PT Powertel masih ada dalam sisa 3 peserta tender, Jastiro hanya bisa mengatakan semua masih belum bisa di disclosure. Selama ini banyak yang memprediksikan PT Powertel akan memenangkan tender tersebut. PT Powertel sendiri memang tengah gencar dalam mengembangkan bisnis telekomunikasinya, khususnya di bidang jaringan backbone internet broadband dengan teknologi tinggi.

Dari penjualan 543 menara BTS nya tersebut, BTEL memperkirakan akan mendapat dana sebesar Rp 380,22 miliar. Namun dana tersebut masih bisa bertambah, karena saat ini masih dilakukan negosiasi dengan peserta tender tersisa. BTEL juga menekankan keseriusannya untuk mencapai target pelanggan 10,5 juta tahun ini. “Kita selalu optimis dengan target itu” terang Rakhmat. Senada dengan Rakhmat, Jastiro mengatakan, bahwa perhitungan pendapatan konsolidasi tahun 2008 memang belum selesai, namun ia yakin pasti akan lebih tinggi dari tahun 2007. “Kita yakin pendapatan kita trennya naik” jelasnya. Tahun 2007 lalu BTEL membukukan pendapatan bersih sebesar

Banyak kalangan yang menilai dampak dari penjualan menara oleh BTEL tersebut akan berpotensi pada kenaikan biaya operasional BTEL. Rakhmat memang mengakui kemungkinan bisa terjadi kenaikan biaya operasional, karena setelah menara dijual BTEL akan lebih banyak menyewa menara. Biaya sewa menara sendiri memang sangat tergantung pada lokasi, namun rata-rata butuh dana Rp 12 juta sampai Rp 19 juta per bulan untuk satu menara. Belum lagi tambahan biaya sewa listrik yang bisa mencapai Rp 2 juta per bulan di setiap menara. Namun Jastiro mengatakan, bahwa potensi kenaikan biaya operasional tersebut sudah diantisipasi oleh BTEL. “Semuanya sudah ada dalam proyeksi kita” ujarnya.

Sebagai bagian dari rencana target 10,5 juta pelanggan tersebut, beberapa waktu lalu, BTEL secara resmi meluncurkan paket bundling ponsel CDMA parabayarnya yang diberi nama EsiaFu. Ponsel ini sendiri ditujukan untuk komunitas Tionghoa memanfaatkan momentum tahun baru Imlek yang jatuh pada 26 Januari pekan depan.

Dengan hadirnya ponsel EsiaFu ini, nampak bahwa BTEL kian serius menggarap pasar komunitas. Awal Januari lalu, BTEL juga telah menandatangani MoU dengan Forum Komunikasi Mahasiswa dan Masyarakat Tegal sebagai partner. Sebelumnya BTEL juga telah meluncurkan produknya dengan nama Esia Hidayah bagi komunitas Muslim, dan Esia Kasih bagi umat Kristiani.

Buyback

BTEL juga telah menyelesaikan program buyback atas sahamnya. Jastiro Arbi mengatakan bahwa hingga kini total buyback yang berhasil dilakukan adalah sebesar Rp 48 miliar. Dana tersebut digunakan untuk membeli kembali 2,48 persen dari seluruh outstanding shares BTEL. “Target buyback kita awalnya adalah 7,5 persen dari outstanding shares” jelas Jastiro. Ditanya lebih jauh tentang kelanjutan buyback, Jastiro hanya bisa mengatakan bahwa BTEL masih memikirkan hal tersebut. “Kita masih terus melihat kondisi pasar saat ini” tambahnya.

Untuk capex tahun ini, BTEL masih konsisten dengan nilai USD 200 juta. Capex tersebut adalah bagian dari capex senilai USD 600 juta untuk tahun 2008 sampai 2010. Anggaran dana tersebut rencananya akan dipenuhi dengan tiga skenario pembiayaan. Sebanyak Rp 3 triliun telah didapat dari right issue tahun lalu, sejumlah USD 150 juta diambil dari internal perusahaan dan sisa USD 150 juta diperoleh dari vendor financing. “kita punya beberapa vendor financing, tapi yang paling besar dan bisa di disclose adalah Huawei” ungkap Rakhmat.

Hingga kini posisi hutang BTEL adalah sebesar USD 145 juta dan Rp 650 miliar. Kewajiban sebesar USD 145 juta tersebut adalah kepada Credit Suisse, sedang kewajiban sebesar Rp 650 miliar adalah dalam bentuk Rupiahs Bond. “Jatuh temponya masih lama, tahun 2012” jelas Jastiro. Ia sendiri meyakinkan bahwa tak akan ada masalah dalam pemenuhan kewajiban-kewajiban tersebut.

Komposisi pemegang saham BTEL saat ini adalah PT Bakrie & Brothers Tbk sebesar 22,43 persen, PT Sinar Mas Sekuritas sebesar 6,2 persen dan Credit Suisse Singapore sebesar 8,08 persen, sementara sisanya beredar di publik. Pada penutupan perdagangan kemarin, saham BTEL ditutup stagnan pada level Rp 50 per lembar saham. Sahamnya sendiri diperdagangkan sebanyak 24 kali. Kapitalisasi pasar BTEL kini sebesar Rp 107.374.182.400.

Analis
Ikhsan Binarto/PT Optima Investama
BTEL nampaknya sedang melakukan efisiensi, salah satunya dengan rencana penjualan menara. Karena persaingan industri telekomunikasi saat ini maik ketat. Namun strategi untuk menggarap pasar komunitas memang cukup bagus. Konsumen segmented ini ke depan akan memberikan sumbangan yang signifikan bagi BTEL. Kelanjutan buyback memang harus melihat pada kondisi pasar. Saham BTEL kemarin masih autoreject bawah, saat ini masih belum bagus untuk dibeli. Sebaiknya investor terus mengamati perkembangan pasar jika ingin membeli saham ini. Adanya pergantian Presiden USA, hanya memberikan euphoria sementara saja.





No comments:

Blog Archive