Thursday, January 15, 2009

SAMPOERNA AGRO MASIH PUNYA DUIT RP 54 MILIAR

JAKARTA – PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO), masih punya sisa dana Rp 54,279 miliar dari hasil IPO. SGRO sendiri melakukan IPO pada Juni tahun 2007. Total bersih dana yang terkumpul kala itu adalah Rp 1.023.853.000.000.

Menurut Direktur SGRO, Sie Eddy Kurniawan dalam keterbukaan informasinya, menyampaikan bahwa SGRO telah menghabiskan 90 persen lebih dana IPO. Sebelumnya dalam rencana prospektusnya, SGRO akan menggunakan 60 persen dana IPO tersebut untuk pelunasan sebagian utang ke Credit Suisse dan 35 persen untuk ekspansi kebun dan fasilitas pendukung. Sementara itu sisa sebesar 5 persen akan dialokasikan untuk modal kerja.

Dalam realisasinya, dana sebanyak Rp 614,312 miliar telah digunakan SGRO untuk melunasi sebagian hutangnya ke credit suisse. Sementara itu dana sebesar Rp 304,069 miliar digunakan SGRO untuk ekspansi kebun dan fasilitas pendukungnya. Terakhir, AGRO juga telah menggunakan dana sebesar Rp 51,193 miliar untuk menambah modal kerjanya.

Sementara itu, untuk kebijakan buyback yang telah dilakukan SGRO sejak Oktober tahun lalu, hingga Januari ini masih tersisa dana sebesar Rp 396,349 miliar. Per 12 Januari 2009 total dana yang dikeluarkan SGRO untuk melakukan buyback sahamnya mencapai RP 78,651 miliar. Dana tersebut digunakan untuk membeli kembali 75.567.500 lembar sahamnya.

Corporate Secretary SGRO, Budianto Tjuatja, mengatakan bahwa pihaknya masih memikirkan kembali kebijakan buyback yang telah dilakukan. “Sejauh ini kami belum berani menyampaikan apakah buyback akan diteruskan atau tidak” ujarnya ketika dihubungi Indonesia Business Today beberapa waktu lalu. Ia hanya menegaskan bahwa ke depan SGRO masih akan fokus pada sector perkebunannya.

Akhir tahun 2008 lalu, SGRO juga sempat menyampaikan berniat melakukan ekspansi usaha yang akan didanai dari kas internalnya. Hal itu karena sector perbankan masih mengalami tekanan akibat krisis keuangan global yang terjadi. Ketika dikonfirmasi tentang masalah tersebut, lagi-lagi Budianto enggan berkomentar. Ia hanya menegaskan bahwa kondisi SGRO masih cukup bagus.

Secara terpisah, Deo Rawendra analis dari Reliance Securities mengatakan, bahwa buyback bisa jadi berdampak negatif jika dana yang dipakai untuk untuk buyback tidak berasal dari internal perusahaan. Hal tersebut pada gilirannya tentu akan menambah beban perusahaannya sendiri.

SGRO selama ini dikenal sebagai salah satu produsen minyak sawit dan beberapa hasil tanaman lain seperti inti sawit, karet dan kecambah. Dari data Q3 tahun lalu tercatat volume penjualan minyak sawitnya mencapai 200.641 ton jika dibandingkan dengan tahun 2007 yang hanya sebesar 125.254 ton. Penjualan Q3 2008 inti sawit 51.873 ton dari 29.422 ton di tahun 2007, kecambah 14.513 ribu biji dari 9,746 biji di tahun 2007, serta penjualan karet 387 ton dari 401 ton.

Lebih lanjut lagi menurut Deo, kemungkinan selama enam bulan pertama tahun ini SGRO juga masih akan mengalami penurunan demand. Namun begitu, adanya momentum tahun baru Imlek Januari ini, akan membuat permintaan CPO dari China akan mengalami kenaikan yang agak signifikan. Apalagi selama ini penjualan CPO SGRO ke China juga cukup besar. Walaupun begitu, hal yang harus dicermati adalah kemampuan China dalam me-maintain demand-nya terhadap CPO, yang kemungkinan akan turun setelah perayaan usai. Rekomendasi untuk saham CPRO adalah buy to sell.

No comments:

Blog Archive