Sunday, January 18, 2009

SEMEN GRESIK EKSPANSI KE LUAR NEGERI

JAKARTA – Adanya penurunan permintaan semen lokal, membuat PT Semen Gresik Tbk berencana akuisisi perusahaan asing. Selain itu SMGR juga merencanakan ekspansi usaha ke luar negeri selama tiga tahun ke depan.

Menurut Dirut SMGR, Dwi Soetjipto, kebijakan tersebut ditempuh guna mengurangi risiko penurunan revenue dan risiko penurunan produksi. Dari data tahun 2008, tercatat SMGR mampu membukukan pendapatan sebesar Rp 11,4 triliun. Jumlah tersebut meningkat drastis dari pendapatan tahun 2007 yang hanya sebesar Rp 9,6 triliun. Dengan kenaikan pendapatan 18,75 persen ini, praktis membuat target pendapatan SMGR tahun 2008 yakni Rp 11 triliun, terlampaui.

SMGR juga tengah berupaya untuk menaikkan porsi penjualan ekspor mereka. Selama ini hampir 95 persen penjualan SMGR dilakukan di pasar lokal. Rencananya SMGR akan menaikkan kenaikan penjualan ekspor hingga 10 persen dari total kapasitas produksinya. Tahun lalu kapasitas produksi SMGR hanya mencapai 17,7 juta ton dari kapasitas 18 juta ton yang dimilikinya. Untuk tahun 2009 sendiri SMGR menargetkan peningkatan kapasitas produksinya hingga mencapai 18,2 juta ton.

SMGR juga merencanakan untuk membangun pabrik baru dan memperluas unit produksinya di tahun 2014. Untuk itu SMGR akan menganggarkan dana sebesar USD 1,25 miliar. Untuk pendanaannya sendiri SMGR berencana meminjam dana USD 700 juta dan sisanya diambil dari kas internalnya.

Sejauh ini SMGR memiliki tiga pabrik yang terletak di Gresik Jawa Timur, Indarung Sumatera Barat dan Pangkep Sulawesi Selatan. Dari ketiga pabriknya tersebut SMGR memiliki kapasitas produksi mencapai 18 juta ton per tahun. SMGR kini juga tengah melakukan pembangunan pabrik baru di Pati Jawa Tengah. Namun pembangunan pabrik baru ini, diakui Dwi baru bisa dikerjakan pertengahan tahun ini. Sebelumnya dijadwalkan pabrik tersebut mulai dikerjakan semester I 2008.

Lebih lanjut Dwi mengatakan bahwa tertundanya pembangunan pabrik dikarenakan terhambatnya pengerjaan detai desain. Prosesnya pengerjaan desainnya diperkirakan memakan waktu 4-5 bulan ke depan. Adanya kenaikan harga baja juga membuat anggaran dana pembangunan pabrik tersebut naik. Namun kenaikannya hanya 1 persen saja. Sebelumnya ditargetkan anggaran dana untuk proyek ini adalah USD 1,63 juta.

Belum cukup sampai disitu, SMGR kini juga tengah mempelajari kemungkinan pembangunan pabrik baru di Sumatera. Diperkirakan jika pebrik tersebut jadi dibangun maka akan menambah kapasitas produksi SMGR sebanyak 2,5 ton per tahun. Sementara itu dengan adanya investasi peralatan barunya, SMGR juga memperkirakan akan mendapat tambahan kapasitas produksi sebesar 1 juta ton.

SMGR tergabung dengan PT Indocement Tunggal Perkasa dan PT Holcim Indonesia, merupakan salah satu produsen semen terbesar di tanah air. Pangsa pasarnya menjadi yang terbesar di Indonesia dengan 44 persen diikuti oleh PT Indocement Tunggal Perkasa dan PT Holcim Indonesia masing-masing 32 persen dan 14 persen. Ketiga produsen semen tersebut tahun lalu total berhasil menjual 43,02 juta ton semen baik di pasar lokal maupun luar negeri. Jumlah tersebut merupakan 91 persen dari total kapasitas produksi semen nasional yang mencapai 47,2 juta ton per tahun.

Analis
Andrew Siahaan/Reliance
Sektor riil memang masih bisa tumbuh tapi dengan range terbatas. Yang perlu diperhatikan dari rencana akuisisi dan investasi SMGR adalah masalah pendanaan. Saat ini mencari pendanaan cukup sulit karena likuiditas masih bermasalah. Namun dengan berbagai rencana pengembangan dan akuisisi tersebut jika memang benar terealisasi akan sangat bagus untuk perusahaan dalam jangka panjang. Kemungkinan di tahun 2010 hasilnya sudah akan terasa, dan GDP mungkin bisa mencapai 6-7 persen. Untuk industri semen sendiri kemungkinan juga akan mengalami penurunan demand tahun ini. Menurunnya sector properti akan berpengaruh pada penjualannya. Stimulus sektor infrastruktur Rp 50an triliun yang digelontorkan pemerintah, masih harus di amati realisasinya.. Ditambah lagi faktor musim yang sedang dalam masa penghujan, sedikit banyak akan berpengaruh pada permintaan semen. Namun dengan adanya penurunan harga BBM akan membuat cost transport produksi semen akan terpangkas signifikan. Diperkirakan industri semen masih akan tumbuh sebesar 4-5 persen. Apalagi SMGR pangsa pasarnya yang terbesar di Indonesia dengan 44 persen. Saham-saham emiten semen selama ini masih kurang menarik, masih kalah dengan saham komoditas dan infrastruktur. Dengan kondisi pasar seperti ini sebaiknya investor buy to sell.


Budi Ruseno/Bhakti Securities
Sebagai penunjang proyek infrastruktur ke depan kebutuhan semen menjadi akan mengalami kenaikan. SMGR dengan kapasitas produksi yang hampir mencapai 100 persen tentu akan sulit berkembang jika tidak melakukan akuisisi. Apalagi kebutuhan akan semen di Indonesia sendiri terus mengalami peningkatan. Dengan banyaknya rencana ekspansi dan pengembangan usaha, yang harus diperhatikan adalah penggunaan dana internal untuk semua rencana tersebut. SMGR selam ini cukup kuat dalam pendanaan, dengan kas internal yang cukup besar. Dengan rencana-rencana pengembangan tersebut tentu akan berdampak bagus pada kinerja perseroan. Dengan pangsa pasar mencapai 44 persen, SMGR masih cukup potensial untuk berkembang. Secara tidak langsung hal tersebut pada akhirnya juga akan berpenaruh pada kinerja sahamnya di lantai bursa.

No comments:

Blog Archive