Tuesday, January 6, 2009

Bangun Pabrik Di Pati
PT SEMEN GRESIK TBK FINALISASI AMDAL

JAKARTA – PT Semen Gresik Tbk (SMGR) jamin bahwa proyek pembangunan pabrik baru di Pati, Jawa Tengah masih akan berlanjut. Hal tersebut dikemukakan oleh Direktur Utama, SMGR, Dwi Soetjipto, mengatakan bahwa saat ini proyek tersebut sudah dalam finalisasi AMDAL. “Jika AMDAL bagus tentu kita akan segera lanjutkan prosesnya” jelasnya. Ia menambahkan bahwa saat ini menurut pantauan SMGR, mayoritas penduduk yang sebelumnya menentang kini sudah mulai melunak seiring dengan perkembangan survey AMDAL. Dwi yakin bahwa proyek tersebut bisa segera dilaksanakan paling tidak Q1 tahun 2009. “kita akan segera realisasikan pembebasan lahan” ungkapnya.

Memang pada 2008 lalu rencana pembangunan pabrik baru SMGR di Pati, Jawa Tengah sempat mendapat penolakan dari warga setempat.Warga yang tergabung dalam Aliansi Masyarakat Jawa Tengah Tolak Semen (TOPAN) mendesak agar rencana pembangunan tersebut dibatalkan. Proses AMDAL yang dilakukan dinilai tidak transaparan. Mereka juga menyayangkan keputusan Gubernur Jawa Tengah, Bibit Waluyo, yang menyetujui pembangunan pabrik tersebut. Bahkan mereka telah mengadu ke Kementrian Lingkungan Hidup, Kementrian ESDM, dan ke Komnas HAM.

Menurut rencana, pabrik baru SMGR ini akan dibangun di atas lahan seluas 1.560 hektar di Gunung Kandeng. Ada lima desa yang akan tergusur yakni desa Kedungmulyo, Sukolilo, Gadeduro, Sumbersuko dan Baleadi. Hal yang dipermasalahkan warga adalah akibat dari pembangunan pabrik tersebut yang akan merusak lingkungan sekitar. Di lokasi tersebut banyak tersimpan potensi sumber daya alam bagi warga setempat, seperti air bersih dan lahan pertanian. Namun hal ini disanggah oleh Dwi. Ia mengatakan bahwa SMGR termasuk perusahaan yang sangat peduli dengan lingkungan. “Bahkan kita dapat Investment Award tahun lalu kan” ujarnya. Untuk sekedar diketahui, Investment Award adalah penghargaan yang digagas oleh BKPM, untuk memperbaiki etika perusahaan dalam menjalankan bisnisnya.

Jika pembangunan pabrik baru tersebut sesuai dengan rencana, maka SMGR menargetkan akan ada penambahan kapasitas produksi sebesar 2,5 juta ton. Selama empat tahun ke depan SMGR akan menganggarkan dana sebesar USD 1,3 miliar untuk capex. Dwi mengatakan bahwa pihaknya belum akan mereview besaran tersebut terkait krisis ekonomi yang terjadi. “Jumlahnya masih akan sekitar segitu” ungkapnya.

SMGR sendiri memang sempat membatalkan beberapa proyeknya. Antara lain proyek power plant yang semula direncanakan 10 proyek, akhirnya ditunda 8 proyek. “Sekarang kita hanya akan membangun PLTU di Sulawesi” jelas Dwi. Namun Dwi mwnambahkan bahwa pembatalan ini secara resmi akan dibahas dalam RUPSLB yang akan digelar 30 Januari mendatang. Pembangunan PLTU berkapasitas 2 x 35 MW ini akan memakan biaya sebesar USD 114 juta. Proyek ini akan dimulai pengerjaannya pada Q1 tahun ini.

Stimulus Infrastruktur
Paket stimulus senilai Rp 72 triliun untuk sector infrastruktur yang dijanjikan pemerintah nampaknya tidak terlalu berarti bagi industri semen. Hal ini disebabkan karena tahun ini diperkirakan akan terjadi penurunan pada sektor properti.

Sektor property sendiri merupakan pasar terbesar dari industri semen. Dari prediksi beberapa lembaga terkait seperti REI dan Asosiasi Pengamat Properti, menyatakan bahwa, tahun ini sektor properti akan turun kurang lebih 20 persen sampai 30 persen. Sementara sektor infrastruktur sebagai akibat stimulus yang diberikan akan mengalami kenaikan sekitar 10 persen.

Ketua Asosiasi Semen Indonesia, Urip Trimuryono, mengatakan bahwa walaupun ada kenaikan pada sektor infrastruktur, namun kenaikannya tidak sebanding dengan penurunan sector properti. Menurutnya, sumbangan terbesar selama ini adalah pada sektor properti. “Kenaikan infrastruktur hanya membuat industri semen tidak minus saja” jelasnya. Lebih lanjut ia menjelaskan, industri semen masih mencatatkan pertumbuhan bagus terakhir pada truwulan 3 tahun lalu. Namun seiring dengan krisis keuangan yang berimbas ke Indonesia, membuat daya beli semakin menurun. Sektor properti juga mengalami penurunan akibat banyak produknya tidak terserap pasar.

Beberapa produsen semen akhirnya menurunkan target penjualannya, seperti PT Indocement Tunggal Perkasa Tbk, PT Holcim Indonesia Tbk, dan PT Semen Andalas Indonesia yang memperkirakan penurunannya sebesar 5 persen. Namun ada juga yang justru menaikkan target penjualannya seperti PT Semen Gresik Tbk dan PT Semen Baturaja yang menargetkan kenaikan penjualan sebesar 3 persen.

Guna mengatasi ini, ia mengakui bahwa pihaknya terus melakukan lobby kepada pihak-pihak terkait dalam pembangunan infrastruktur. Seperti contohnya adalah departemen PU yang berwenang dalam pembangunan jalan tol. Persuasi yang dilakukan adalah dengan meyakinkan investor proyek jalan tol untuk menggunakan bahan baku semen dalam proyek jalan tol. “Dengan menggunakan semen memang investasinya menjadi lebih mahal, namun biaya pemeliharaan jauh lebih murah, apalagi semen bahan bakunya 100 persen lokal” jelasnya.

Namun semua itu sekarang terkendala dengan turunnya harga aspal. Aspal yang merupakan derivatif minyak, tentu harganya juga akan turun saat harga minyak mengalami penurunan. Walaupun begitu, ia tetap optimis karena nilai tukar rupiah juga melemah. “Aspal kan bahan bakunya impor, jadi kemungkinan permintaan juga akan turun” imbuhnya.

Hal lain yang juga akan dilakukan oleh produsen semen guna menyiasati penurunan properti adalah dengan meningkatkan penjualan ekspornya. Selama ini produk semen memang banyak difokuskan pada pasar lokal. Ekspornya pada 2008 lalu hanya mencapai kurang dari 10 persen, dan kebanyakan di pasar ASEAN. Untuk itu, banyak produsen semen yang mulai menjajaki pasar-pasar baru guna meningkatkan ekspornya. Selain ASEAN, pasar yang masih cukup potensial saat ini adalah negara-negara Timur Tengah dan beberapa negara Afrika. “Apalagi nagara seperti Dubai dan Maroko, yang sedang gencar membangun” terang Urip.

Secara optimis Urip juga mengatakan bahwa keadaan penurunan ini tak akan berlangsung lama. Menurutnya paling lama hanya akan bertahan dua tahu, dan setelah itu sector property akan kembali tumbuh. Karena inilah mengapa banyak produsen semen yang masih terus melakukan ekspansi usaha, baik itu perluasan pabrik ataupun pembangunan pabrik baru. Beberapa perusahaan semen yang akan melakukan pembangunan pabrik di tahun 2009 ini adalah PT Semen Gresik Tbk yang akan meneruskan pembangunan pabriknya di Pati, Jawa Tengah, ada juga PT Semen Tonasa yang akan memperluas pabriknya di Tonasa, dan terakhir PT Holcim Indonesia Tbk yang akan membangun pabrik baru di Tuban, Jawa Timur. Data Indonesia Cement Statistic (ICS) menunjukkan, bahwa kapasitas produksi semen Indonesia selama tahun 2006 dan 2007 adalah sebesar 44.890.000 ton, dengan total produksi sebesar 35.032.526 ton. Data ICS tahun 2006/2007 juga menunjukkan bahwa market share produk semen terbesar masih dipegang oleh PT Indocement Tunggal Perkasa Tbk dengan besaran 30,9 persen, diikuti PT Semen Gresik Tbk dengan 21,7 persen, PT Holcim Indonesia Tbk dengan 14,6 persen, dan PT Semen Padang dengan porsi 14,2 persen, sisanya masih di bawah 10 persen.

Analis (Haryajid Ramelan/Kapita Sekurindo)
Adanya pembangunan infrastruktur pasti akan memberikan sumbangan yang bagus untuk industri semen. Adanya proyek-proyek semisal padat karya tentu akan meningkatkan penjualan industri semen, apalagi produsen dengan label BUMN. Selama ini yang menjadi permasalahan sektor properti adalah masih tingginya suku bunga bank yang berpotensi menurunkan daya beli produk properti dan membuat kredit macet. Adanya upaya untuk meingkatkan pasar ekspor menjadi langkah bagus karena pasar domestik kemungkinan terjadi penurunan. Pasar seperti Vietnam dan Thailand masih cukup bagus karena sedang giat melakukan pembangunan. Khusus untuk saham-saham produsen semen, kemungkinan tidak akan mengalami kenaikan signifikan, namun masih tetap berpotensi naik. Saat ini saham-saham yang cukup bagus adalah Semen Gresik dan Indocement. Saham-saham ini masih cukup bagus untuk dikoleksi long term.

No comments:

Blog Archive