Monday, February 2, 2009

SAMPOERNA AGRO BUKUKAN PENJUALAN Rp 2,288.21 TRILIUN SELAMA 2008

Penjualan PT Sampoerna Agro Tbk tahun 2008 lalu mencapai Rp 2,288.21 triliun. Jumlah tersebut melonjak 41 persen dari penjualan tahun 2007 sebesar Rp 1.598.930.908.000. Menurut Corporate Secretary SGRO, Budianto Tjuaja, kepada Indonesia Business Today, Senin (2/1), kenaikan penjualan tersebut sebagai akibat dari jumlah produksi CPO sebesar 8 persen. 

Dari data produksi tahun 2008 sebanyak 1.079.568 ton berasal dari Tandan Buah Segar (TBS) Sumatera. Sebesar 150.950 ton dari TBS di Kalimantan. Di Sumatera, SGRO memiliki lahan seluas 70.614 hektar sedang di Kalimantan SGRO mempunyai lahan seluas 90.055 hektar. 

Produksi minyak sawit sebesar 265.468 ton, inti sawit mengasilkan 70.622 ton. Untuk kecambah dan karet sepanjang tahun lalu produksinya masing-masing mencapai 22,735 juta biji dan 483 ton. 

Sumbangan terbesar dari penjualan tahun 2008 berasal dari penjualan CPO sebesar Rp 1,932.74 triliun. Budiman mengakui memang tahun 2008 lalu sempat menaikkan harga CPO nya. Namun ia belum bisa mengatakan akankah terjadi kenaikan harga di tahun 2009. "Saya sendiri belum tahu, tapi krisis keuangan global yang terjadi selama ini relatif tidak banyak mempengaruhi kinerja kita" ujarnya. 

Adanya kenaikan harga minyak secara drastis tahun 2008 lalu, memang membuat CPO menjadi primadona. Produksi dan penjualan CPO dunia mengalami kenaikan drastic. Namun ketika momen kenaikan harga minyak selesai, dan harga minyak terus turun akibat melimpahnya produksi, harga komoditas CPO sempat anjlok. Tercatat pada perda September tahun lalu, saat harga minyak mulai turun, harga CPO untuk pengiriman November di Malaysia Derivatives Exchange, merosot 6,7% menjadi RM2.090 atau setara dengan US$605 per ton. Harga tersebut adalah level terendah sejak April 2007. 

Harga jual rata-rata komoditas SGRO tahun 2008 lalu, minyak sawit sebesar Rp 6.730 er kilogram. Inti sawit selama 2008 rata-rata dijual Rp 3.564 per kilogram. Untuk komoditas kecambah, per biji harga rata-ratanya sebesar Rp 5.182 selama 2008. Sedang untuk komoditas karet harga jual tahun lalu rata-rata sebesar Rp 12.925 per kiligram. 

Penjualan inti sawit selama 2008 lalu adalah sebesar Rp 253,72 miliar. Dari produksi kecambahnya, SGRO berhasil mendapatkan penjualanl Rp 95,51 miliar. Sementara dari hasil karetnya, SGRO membukukan penjualan Rp 6,24 miliar selama tahun 2008. 

Dari data tersebut dapat dilihat jika permintaan dalam negeri akan produk komoditas dari SGRO tidak mengalami penurunan akibat krisis. "Selama ini hapir 95 persen lebih penjualan kita di dalam negeri" terang Budianto. Untuk ekspor, kebanyakan komoditas SGRO dipasarkan di kawasan Asia

Pada penutupan perdagangan kemarin, Senin (2/1), harga saham SGRO ditutup melemah 0,02 persen ke level Rp 1.150 denga frekuesi transaksi sebanyak 167 kali. Kapitalisasi pasarnya sendiri mencapai Rp 2.173.499.998.208.

Analis David Cornelis/Pengamat Pasar Modal

Adanya tren penurunan harga minyak akan sangat berpengaruh terhadap harga komoditas. Ekspektasinya pada tahun 2009 ini minyak mengalami konsolidasi yang artinya sudah mendekati bottomnya. Sehingga diharapkan dapat kembali rebound, setelah turun jauh dengan siginfikan di tahun 2008. Walaupun terjadi deflasi dalam 2 bulan terakhir, masih ada optimisme di industri CPO. Apalagi Indonesia sebagai negara produsen terbesar (di samping Malaysia). akan memiliki power sebagai market leader dan dapat melakukan langkah-langkah untuk menjaga stabilitas harga. Dengan ekspektasi sudah mulai terjadi perlambatan penurunan, (yang sekarang terlihat mulai konsolidasi) dan diproyeksikan akan mulai lagi rebound di H2, seiring terjadinya recovery global economic, maka untuk sekarang sektor ini masih kurang atraktif dan investor cenderung ke sektor lainnya. Namun untuk jangka panjang, ini masih prospektif. Di sektor komoditas ini, masih prefer AALI over all dan kedua LSIP. (Buy on Weakness)

 

 

 

 

No comments: